Ada kalanya seseorang merasa terjebak dalam kenangan yang menganggu pikiran. Seolah-olah peristiwa traumatis itu terjadi kemarin. Hal inilah yang disebut dengan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Tidak hanya karena perang, saat ini PTSD bisa dialami siapa saja yang menghadapi kecelakaan, kekerasan, atau bencana alam. Memahami apa itu PTSD penting untuk mengetahui penyebab dan gejala-gejalanya agar mampu mengatasinya.
Apa Itu PTSD?
PTSD, seperti disebutkan oleh VeryWell Mind, adalah kondisi kesehatan mental yang dapat terjadi setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Seperti, perang, bencana alam, kecelakaan, atau serangan pribadi seperti kekerasan seksual.
Kondisi PTSD dapat dialami oleh siapa saja, terlepas dari usia, jenis kelamin, atau latar belakang. Namun, beberapa faktor, seperti riwayat masalah kesehatan mental atau kurangnya dukungan sosial, dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PTSD.
Menurut NHS.uk, PTSD umumnya terjadi pada 1 dari 3 orang yang mengalami trauma berat. Meski demikian, tidak sepenuhnya dipahami mengapa beberapa individu dapat mengalami PTSD, sementara yang lain tidak.
Namun, ada faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko terjadinya PTSD. Seperti, riwayat depresi atau kecemasan, dukungan terbatas dari keluarga atau teman, hingga genetik. Misalnya, orang tua dengan masalah kesehatan mental diyakini dapat meningkatkan risiko anaknya mengalami PTSD setelah peristiwa traumatis.
Penyebab PTSD
PTSD biasanya disebabkan oleh peristiwa traumatis yang mengancam keselamatan fisik atau psikologis seseorang. Beberapa contoh peristiwa tersebut termasuk:
- Perang atau konflik militer: Bagi banyak tentara, pengalaman perang adalah salah satu penyebab utama PTSD.
- Pelecehan fisik atau seksual: Pengalaman pelecehan yang dialami di masa lalu, baik di rumah atau tempat lain, dapat menimbulkan trauma mendalam.
- Kecelakaan besar: Terlibat dalam kecelakaan lalu lintas atau bencana alam bisa menjadi pemicu PTSD.
- Kehilangan orang yang sangat dicintai: Kehilangan secara mendalam, seperti kehilangan anggota keluarga melalui kematian mendadak atau tragis, dapat menimbulkan trauma mendalam.
Mengapa PTSD Muncul?
Alasan pasti seseorang mengalami PTSD belum sepenuhnya jelas, tapi, masih dari NHS.uk, ada beberapa teori yang diajukan, yaitu:
1. Mekanisme bertahan hidup
Gejala PTSD mungkin merupakan respons insting untuk bertahan hidup. Flashback yang membuat seseorang fokus pada trauma masa lalu agar lebih siap menghadapi bahaya di masa depan. Atau, kewaspadaan tinggi (hiperarousal) untuk bereaksi cepat dalam situasi krisis. Namun, respons ini sering menghalangi proses penyembuhan yang sebenarnya.
2. Tingkat adrenalin yang tinggi
Orang dengan PTSD memproduksi hormon stres, seperti adrenalin, dalam jumlah tinggi meskipun tidak ada bahaya. Hal ini diyakini menjadi penyebab emosi yang tumpul dan kewaspadaan berlebih pada penderita PTSD.
3. Perubahan pada otak
Pemindaian otak menunjukkan bahwa hippocampus, bagian otak yang memproses memori dan emosi, lebih kecil pada orang dengan PTSD. Hal ini dapat menyebabkan masalah memori, kecemasan, dan kilas balik yang tidak terproses. Dengan pengobatan yang tepat, memori traumatis dapat diproses kembali sehingga kilas balik dan mimpi buruk berangsur-angsur berkurang.
Gejala-Gejala PTSD
Gejala PTSD dapat bervariasi dari orang ke orang. Mayo Clinic menyebutkan empat kategori utama apa gejala PTSD itu yang sering terjadi:
1. Pengingkaran atau memori kembali (re-experiencing symptoms)
Penderita PTSD sering merasa seolah kembali ke peristiwa traumatis melalui kilas balik, mimpi buruk, atau kenangan yang sangat nyata. Kondisi ini membuat mereka seperti hidup kembali di masa trauma.
2. Menghindari pemicu (avoidance symptoms)
Mereka cenderung menghindari situasi, tempat, atau orang yang mengingatkan pada trauma, serta enggan membicarakannya. Hal ini dapat menimbulkan isolasi sosial dan emosi yang tumpul.
3. Perubahan emosi dan pikiran negatif (cognitive and mood symptoms)
PTSD dapat memunculkan rasa tidak berharga, rasa bersalah, atau pandangan negatif terhadap diri sendiri dan dunia. Perasaan tersebut disertai juga dengan kecemasan, mudah marah, atau hilangnya kemampuan merasakan kebahagiaan.
4. Kewaspadaan tinggi (hyperarousal symptoms)
Penderita kerap merasa waspada berlebihan, mudah terkejut, sulit tidur, atau sulit fokus. Keadaan tersebut menyebabkan tekanan, kecemasan, dan kelelahan fisik serta emosional.
Cara Mengatasi PTSD
Perawatan untuk PTSD dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan gejalanya dan kebutuhan individu. Beberapa jenis terapi yang umum digunakan meliputi:
1. Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy atau CBT)
Terapi ini bertujuan mengubah pola pikir negatif terkait trauma, membantu individu memahami dan mengatasi pikiran serta perilaku yang memicu gejala PTSD.
2. Terapi Pemrosesan Kognitif (Cognitive Processing Therapy atau CPT)
Sebagai bentuk khusus CBT, CPT berfokus pada menantang dan mengubah keyakinan tidak membantu terkait trauma melalui 12 sesi untuk menciptakan pemahaman baru.
3. Terapi Pemaparan Berkepanjangan (Prolonged Exposure Therapy atau PE)
Terapi ini melibatkan pemaparan bertahap pada kenangan atau situasi traumatis, membantu individu menghadapi dan memproses ketakutan mereka hingga gejala PTSD berkurang.
4. Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (Eye Movement Desensitization and Reprocessing atau EMDR)
Dengan memadukan fokus pada trauma dan rangsangan seperti gerakan tangan terapis, EMDR membantu memproses ulang trauma dan mengurangi dampaknya secara emosional.
5. Obat-obatan
SSRIs dan obat lain membantu menyeimbangkan zat kimia otak yang terganggu akibat PTSD, sehingga gejala lebih terkendali.
Pemulihan PTSD di JIVARAGA
JIVARAGA menawarkan ruang penyembuhan holistik untuk membantu mengatasi PTSD dengan menyeimbangkan pikiran, tubuh, dan emosi. Dengan sesi seperti Family Constellation untuk menyembuhkan luka emosional masa lalu dan Mindfulness untuk mengelola stres, peserta diajak menghadapi trauma secara lembut dan mendalam dalam lingkungan yang aman.
Selain itu, Emotional Mastery menjadi salah satu pendekatan penting untuk membantu peserta memahami dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik, sehingga dapat melepaskan beban traumatis dan menciptakan ketenangan batin.
Sesi lainnya, seperti Sound Therapy membantu menenangkan sistem saraf dan meredakan mode “fight or flight”. Pendekatan ini tak hanya mengurangi gejala PTSD, tapi juga memulihkan ketenangan, meningkatkan penguasaan emosi, dan membangun kembali kepercayaan diri.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai berbagai sesi-sesi JIVARAGA untuk pemulihan PTSD, klik:
https://jivaraga.com/jivaraga-space/
Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:
Juga, di Instagram:
https://www.instagram.com/jivaragaspace
(Foto: Freepik, Pexels)