Belakang, media sosial turut diramaikan dengan konten-konten seseorang yang mengalami kelelahan saat beraktivitas. Saking lelahnya, ia seperti linglung, nge-blank, atau tidak fokus antara pikiran dan aktivitas. Kalangan gen Z kemudian ramai menyebutkan kondisi ini adalah jam koma. Bukan hanya tentang penurunan energi dan produktivitas, jam koma adalah juga cerminan gaya hidup modern yang serba cepat dan penuh tekanan.
Jam Koma adalah Fenomena Energi Gen Z
“Jam koma” adalah istilah yang tengah jadi tren di kalangan gen Z di Indonesia, terutama di media sosial dan dalam percakapan sehari-hari. Istilah ini, seperti disebutkan dalam Kompas.com, merujuk pada kondisi ketika seseorang tiba-tiba kehilangan fokus di tengah aktivitasnya.
Fenomena ini biasanya terjadi pada siang hingga sore hari, sekitar pukul 13.00 hingga 15.00. Pada waktu tersebut, banyak orang merasa sulit untuk tetap produktif, fokus, bahkan terjaga. Hadirnya fenomena ini tidak hanya menggambarkan rasa lelah. Bisa juga sebagai simbol gaya hidup yang sibuk dan penuh tekanan yang kerap dialami orang pada usia produktif saat ini.
Mengapa Jam Koma Populer di Kalangan Gen Z?
Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara 1997 dan 2012, merupakan generasi yang tumbuh bersama kemajuan teknologi digital. Kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh media sosial, akses informasi yang cepat, dan tuntutan budaya kerja yang intens.
Aktivitas-aktivitas tersebut justru membuat otak mereka bekerja keras. Hal ini malah makin menguras energi dengan cepat. Kemudian, tanpa dibarengi kondisi fisik dan mental yang seimbang, malah menimbulkan kelelahan luar biasa. Pada saat yang sama, menurut Detik Health, rutinitas yang ada malah membuat gen Z terjebak melakukan berbagai aktivitas tanpa benar-benar fokus.
Kepopuleran “jam koma” juga disebabkan kebiasaan gen Z yang banyak berinteraksi dengan teknologi digital. Generasi ini sering mendokumentasikan keseharian mereka dan mengunggahnya di media sosial. Inilah yang membuat fenomena ini viral.
Contohnya, ketika istilah jam koma mulai populer, banyak video yang beredar di TikTok dan Instagram yang menggambarkan bagaimana jam koma terjadi. Seperti, seseorang yang lupa mengambil uang dari ATM-nya. Atau, penumpang ojek online yang turun tanpa melepas helm milih sopir karena saking lelahnya.
Baca Juga: 13 Penyebab Masalah Kesehatan Mental, Perlu Waspada!
Jam Koma adalah Kelelahan Kognitif
Dalam dunia psikologi, menurut Medcom, jam koma adalah dikenal sebagai kelelahan kognitif atau cognitive fatigue. MedicalNewsToday menyebutkan kelelahan kognitif adalah kondisi ketika kemampuan mental seseorang menurun akibat penggunaan otak yang berlebihan dalam waktu lama. Kognitif adalah kemampuan yang berperan penting dalam proses memecahkan masalah, belajar, dan mengingat.
Ketika terus-menerus melakukan aktivitas yang memerlukan konsentrasi tinggi, seperti pemecahan masalah, pembuatan keputusan, multitasking, atau terpapar informasi dalam jumlah besar, akan menurunkan kemampuan mental mereka.
Kelelahan ini tidak hanya menyebabkan penurunan fokus. Pada saat bersamaan, akan meningkatkan rasa frustasi, kebingungan, dan kesulitan dalam mengambil keputusan. Kondisi ini dapat memperlambat kemampuan seseorang untuk memproses informasi dan mengingat hal-hal penting.
Penyebab Jam Koma
Berikut adalah beberapa faktor utama penyebab terjadinya jam koma di kalangan usia produktif.
1. Kurang tidur
Kurang tidur mengurangi kapasitas tubuh untuk memulihkan diri. Tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup membuat tubuh kekurangan energi dan kemampuan untuk mengatur siklus tidur alami. Hal ini menyebabkan tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup dan memicu kelelahan di siang hari.
2. Polusi digital
Paparan berlebihan terhadap layar gadget, seperti ponsel, laptop, atau tablet, memengaruhi kadar hormon melatonin. Hormon ini berperan dalam mengatur pola tidur. Akibatnya, tubuh menjadi rentan mengalamai kelelahan mental dan fisik, terutama di siang hari. Ketergantungan pada gadget dan media sosial juga menguras fokus yang berdampak kelelahan diri.
3. Pola makan yang tidak seimbang
Mengonsumsi makanan cepat saji, camilan manis, atau minuman berkafein memang dapat memberikan dorongan energi, tapi efeknya hanya sementara. Begitu kadarnya menurun, tubuh justru merasa lebih lelah.
Gula dan kafein bisa memicu lonjakan energi yang cepat, tapi juga diikuti dengan penurunan tajam yang menyebabkan rasa kehabisan energi. Makanan yang tidak bernutrisi juga kurang memberikan pasokan energi berkelanjutan bagi tubuh.
4. Kurang gerak
Banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk atau bekerja di depan layar tanpa bergerak membuat aliran darah tidak optimal. Tanpa gerakan fisik yang cukup, tubuh lebih rentan terhadap kelelahan, dan jam koma menjadi lebih sering terjadi. Aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga aliran darah tetap lancar ke seluruh tubuh, termasuk otak.
5. Stres dan kecemasan
Stres yang disebabkan oleh tuntutan akademik, pekerjaan, dan ekspektasi sosial di media digital memberikan beban berat bagi tubuh dan pikiran. Ketegangan ini dapat menguras energi mental, sehingga tubuh merasa lebih mudah lelah dan kesulitan untuk fokus.
Stres yang berkepanjangan memengaruhi kualitas tidur dan mengganggu proses pemulihan tubuh. Hal ini pada akhirnya meningkatkan kemungkinan terjadinya jam koma.
6. Kurangnya mindfulness dalam aktivitas sehari-hari
Dalam kehidupan yang sibuk, banyak orang, termasuk Gen Z, cenderung terjebak dalam rutinitas yang membuat mereka sering multitasking atau melaksanakan aktivitas tanpa kesadaran penuh atau fokus. Kurangnya mindfulness atau kesadaran terhadap tubuh dan pikiran saat melakukan aktivitas dapat meningkatkan perasaan lelah.
Ketika seseorang tidak sepenuhnya hadir dalam aktivitasnya, tubuh dan pikiran bekerja lebih keras tanpa memberi kesempatan untuk pemulihan. Hal ini memicu kelelahan yang intens di siang hari.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Stres yang Strategis di Era Digital
Atasi Jam Koma bersama JIVARAGA
JIVARAGA dapat membantu mengatasi jam koma dengan pendekatan holistik yang fokus pada pemulihan tubuh dan pikiran. Melalui berbagai sesi wellness, JIVARAGA menawarkan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran diri dan mindfulness. Hal tersebut sangat penting dalam mengelola kelelahan mental dan fisik.
Dengan berfokus pada latihan mindfulness, seperti meditasi, peserta dapat belajar untuk lebih hadir dalam setiap aktivitas sehari-hari, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas tidur. Selain itu, sesi seperti yoga juga membantu menjaga keseimbangan energi tubuh, mendorong peredaran darah yang sehat, dan mengurangi ketegangan otot. Pada akhirnya, menurunkan rasa lelah.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai berbagai sesi-sesi JIVARAGA yang dapat membantu atasi jam koma, klik:
https://jivaraga.com/jivaraga-space/
Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:
Juga, di Instagram:
https://www.instagram.com/jivaragaspace
Dengan pendekatan menyeluruh ini, JIVARAGA membantu mengatasi jam koma dan meningkatkan vitalitas serta kesejahteraan secara keseluruhan.
(Foto: Freepik)