Pernahkah Anda memperhatikan cara Anda bernapas—melalui hidung atau mulut? Meskipun terlihat sepele, kebiasaan bernapas ternyata punya dampak besar pada kesehatan dan energi Anda, terutama saat mengikuti sesi wellness seperti yoga atau breathwork. Pernapasan hidung sering dianggap “jalur utama” menuju ketenangan, sementara pernapasan mulut kerap dikaitkan dengan pelepasan energi.
Jadi, mana yang sebenarnya lebih baik? Artikel ini akan membahas bahas perbedaan dan manfaatnya. Sekaligus cari tahu kapan keduanya bisa membawa manfaat maksimal bagi tubuh dan pikiran Anda!
Pernapasan Hidung: Manfaat dan Pentingnya
Pernapasan hidung dianggap sebagai cara bernapas yang alami dan ideal. Hidung bukan hanya organ pernapasan; ia dilengkapi dengan filter alami berupa rambut-rambut halus (silia) dan selaput lendir yang membantu menyaring partikel debu, polutan, dan mikroorganisme dari udara yang dihirup. Selain itu, hidung juga melembapkan dan menghangatkan udara sebelum mencapai paru-paru, sehingga udara lebih nyaman bagi jaringan pernapasan.
Pernapasan melalui hidung juga merangsang produksi oksida nitrat, senyawa yang membantu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah. Ini mendukung distribusi oksigen yang lebih efisien ke seluruh tubuh. Pernapasan hidung juga terkait dengan pengaktifan sistem saraf parasimpatik, yang membantu tubuh merasa lebih tenang dan rileks. Oleh karena itu, bernapas melalui hidung sering dikaitkan dengan pengurangan stres dan kualitas tidur yang lebih baik.
Pernapasan Hidung: Fondasi Pernapasan yang Seimbang
Dalam banyak praktik wellness, pernapasan hidung sering dianggap sebagai metode pernapasan yang ideal. Hidung dirancang secara alami untuk menyaring, melembapkan, dan menghangatkan udara yang masuk, memastikan bahwa udara yang mencapai paru-paru berada dalam kondisi optimal. Pernapasan melalui hidung juga merangsang saraf parasimpatik, yang berperan penting dalam respons relaksasi tubuh.
Dalam sesi wellness seperti yoga atau meditasi, pernapasan hidung sering digunakan untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh. Teknik seperti Ujjayi Breath dalam yoga, di mana udara dihirup dan dihembuskan melalui hidung dengan kontrol, dapat meningkatkan fokus, menurunkan detak jantung, dan menciptakan keadaan mindfulness.
Selain itu, bernapas melalui hidung membantu meningkatkan produksi oksida nitrat, yang melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi darah. Manfaat ini menjadikan pernapasan hidung sangat efektif untuk latihan yang membutuhkan stabilitas dan ketenangan, seperti restorative yoga, sound healing, atau meditasi mindfulness.
Pernapasan Mulut: Kapan Diperlukan dan Risikonya
Meskipun bernapas melalui mulut tidak selalu buruk, kebiasaan ini sering menjadi tanda adanya masalah kesehatan, seperti hidung tersumbat karena alergi, flu, atau deviasi septum. Pernapasan mulut sering diperlukan dalam kondisi olahraga intensif, di mana kebutuhan oksigen meningkat pesat, sehingga hidung saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Namun, jika pernapasan mulut menjadi kebiasaan, terutama saat tidur, hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Bernapas melalui mulut tidak memberikan manfaat seperti pernapasan hidung dalam menyaring, menghangatkan, atau melembapkan udara. Akibatnya, saluran pernapasan bisa menjadi lebih kering dan rentan terhadap infeksi.
Selain itu, pernapasan mulut kronis sering dikaitkan dengan gangguan tidur, seperti sleep apnea, serta masalah gigi dan mulut, seperti gigi kering dan bau mulut. Pada anak-anak, kebiasaan bernapas melalui mulut dapat memengaruhi perkembangan struktur wajah dan rahang, serta meningkatkan risiko masalah gigi seperti maloklusi.
Pernapasan Mulut: Pelepasan dan Aktivasi Energi
Sementara pernapasan hidung fokus pada ketenangan, pernapasan mulut sering digunakan dalam sesi wellness yang bertujuan untuk pelepasan emosi atau detoksifikasi energi. Teknik seperti Holotropic Breathwork atau Transformational Breathwork sering mengandalkan pernapasan mulut untuk mendorong pelepasan trauma, emosi terpendam, atau energi yang terblokir.
Bernapas melalui mulut memungkinkan aliran oksigen yang lebih besar, sehingga dapat meningkatkan intensitas latihan. Dalam sesi seperti ini, pernapasan mulut sering dipadukan dengan pola cepat dan ritmis untuk memicu respons fisiologis tertentu, seperti hiperoksia (peningkatan kadar oksigen) yang dapat memengaruhi kesadaran. Praktik ini sering membawa peserta ke kondisi meditatif yang lebih dalam atau pengalaman emosional yang intens.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pernapasan mulut yang tidak terkontrol, terutama di luar sesi wellness, dapat membawa dampak negatif seperti mulut kering, ketegangan otot, atau ketidakseimbangan pernapasan. Oleh karena itu, metode ini biasanya diterapkan di bawah bimbingan seorang fasilitator berpengalaman.
Kapan Menggunakan Keduanya?
Dalam sesi wellness, pilihan antara pernapasan mulut atau hidung bergantung pada tujuan latihan:
1. Pernapasan Hidung
Ideal untuk latihan yang membutuhkan ketenangan, keseimbangan, dan kontrol. Ini sering digunakan dalam yoga tradisional, meditasi, dan latihan pengurangan stres.
2. Pernapasan Mulut
Digunakan dalam sesi yang berfokus pada pelepasan energi, eksplorasi emosi, atau pencapaian kesadaran yang diperluas, seperti breathwork intensif.
Sesi wellness modern sering menggabungkan kedua teknik ini untuk mencapai manfaat yang holistik. Misalnya, peserta dapat memulai dengan pernapasan hidung untuk menenangkan diri, kemudian beralih ke pernapasan mulut untuk membuka energi emosional, dan kembali ke pernapasan hidung untuk stabilisasi.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai berbagai sesi-sesi JIVARAGA dalam berlatih pernapasan mulut atau hidung, klik:
https://jivaraga.com/jivaraga-space/
Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:
Juga, di Instagram:
https://www.instagram.com/jivaragaspace
(Foto: Freepik, Pexels)