Pernah merasa ingin segera menyapu, mengepel, atau merapikan rumah saat sedang cemas, marah, atau sedih? Jika iya, bisa jadi kamu sedang mengalami stress cleaning. Fenomena ini makin sering dibahas karena berkaitan erat dengan cara tubuh dan pikiran kita merespons tekanan. Di satu sisi terlihat produktif, tapi di sisi lain bisa menjadi tanda adanya stres yang belum disadari.
Apa Itu Stress Cleaning?
Stress cleaning adalah kebiasaan membersihkan rumah atau lingkungan sekitar secara berlebihan sebagai respons terhadap tekanan emosional. Aktivitas ini, menurut Verywell Mind kerap dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang sedang dihadapi.
Membersihkan rumah bisa memberikan rasa kendali di tengah situasi yang terasa kacau. Meski terlihat sepele, stress cleaning bisa menjadi mekanisme coping—baik yang sehat maupun tidak—tergantung dari intensitas dan tujuannya.
Ciri-Ciri Stress Cleaning

Tidak semua kegiatan bersih-bersih termasuk stress cleaning. Berikut beberapa tanda bahwa aktivitas ini bukan sekadar rutinitas, melainkan respons terhadap stres:
- Dilakukan saat emosi sedang tidak stabil. Misalnya, tiba-tiba terdorong untuk membersihkan lemari ketika merasa marah atau kecewa.
- Muncul dorongan yang sulit ditahan. Membersihkan dilakukan bukan karena memang perlu, tapi karena muncul rasa ‘harus’ melakukannya agar merasa lebih tenang.
- Terjadi berulang kali di setiap kondisi stres. Setiap kali ada masalah atau kecemasan, selalu kembali pada kebiasaan bersih-bersih.
- Berpotensi mengganggu aktivitas penting lain. Misalnya, menunda pekerjaan kantor atau istirahat demi menyikat kamar mandi secara tiba-tiba.
- Menggunakan bersih-bersih sebagai pelarian. Alih-alih menghadapi emosi atau masalah, stres ini jadi cara menghindarinya.
Penyebab dan Manfaat Stress Cleaning
Stress cleaning bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah keinginan untuk merasa memiliki kontrol ketika hidup terasa tidak terkendali. Kebersihan visual pun memberi rasa lega bagi sebagian orang, karena lingkungan yang rapi bisa menciptakan ilusi ketenangan.
Di sisi lain, stres ini juga punya manfaat, terutama jika dilakukan dengan sadar dan dalam batas wajar. Aktivitas fisik seperti menyapu atau mengepel dapat melepaskan endorfin yang membuat perasaan lebih baik. Selain itu, lingkungan bersih memang terbukti dapat membantu menurunkan tingkat stres, meningkatkan fokus, dan memperbaiki suasana hati.
Namun, manfaat ini bisa berubah menjadi kontra produktif jika stres ini dilakukan secara kompulsif atau mengganggu aspek kehidupan lainnya.
Cara Menghindari Stress Cleaning yang Negatif
Untuk menjaga agar stres ini tetap menjadi kebiasaan positif, penting untuk mengenali emosi yang mendasarinya. Berikut beberapa tips agar stress cleaning tidak berkembang menjadi respons yang tidak sehat:
- Sadari niat di balik kegiatan bersih-bersih. Apakah kamu melakukannya karena perlu, atau hanya ingin melarikan diri dari perasaan tidak nyaman?
- Berlatih manajemen stres dengan cara lain. Cobalah teknik pernapasan, journaling, atau berbicara dengan orang terpercaya saat merasa tertekan.
- Tetapkan batas waktu untuk membersihkan. Jangan biarkan waktu bersih-bersih mengganggu aktivitas utama atau kebutuhan istirahat.
- Prioritaskan istirahat dan perawatan diri. Stres perlu diatasi dengan pendekatan yang menyentuh akar emosinya, bukan hanya mengalihkannya.
Selain stress cleaning, salah satu cara coping terhadap stres dan anxiety yang lebih menyentuh akar emosional adalah dengan mengikuti berbagai sesi di JIVARAGA.
Melalui sesi seperti mindfulness, sound healing, yoga, hingga meditasi , kamu diajak untuk lebih menyadari emosi yang muncul, memahami penyebab stres dari dalam diri, serta melepaskan ketegangan dengan cara yang sehat dan terarah.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai berbagai sesi healing di JIVARAGA klik:
Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:
Juga, di Instagram:
https://www.instagram.com/jivaragaspace
(Foto: Freepik, Pexels)