Masyarakat Indonesia memiliki banyak tradisi budaya yang dijalankan sebelum memasuki bulan puasa Ramadhan. Munggahan adalah salah satunya yang mungkin sering Anda dengar. Kegiatan menjelang puasa Ramadan ini sebenarnya berasa dari tradisi suku Sunda yang beragama Islam dan sudah dilakukan secara turun-temurun setiap tahunnya. Lantas, apa itu munggahan yang hampir tidak pernah dilewatkan, khususnya, oleh masyarakat Jawa Barat ini?
Apa Itu Munggahan?
Situs Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung menyebutkan bahwa munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Munggahan sendiri berasal dari kata dalam bahasa Sunda, yaitu “munggah”, yang artinya berjalan, naik, atau keluar dari kebiasaan hidup sehari-hari.
Plaksaan munggahan menjadi wujud rasa syukur dari masyarakat Sunda kepada Allah SWT—terutama, atas datangnya bulan Ramadan. Selain itu, sebagai upaya untuk membersihkan diri dari hal-hal buruk selama setahun ke belakang.
Makna munggahan menjadi pengingat datangnya Ramadan dan diharapkan umat Muslim dapat bersiap-siap menyambut bulan puasa ini. Dengan demikian, masyarakat dapat terhindar dari perbuatan tidak baik selama menjalankan puasa Ramadan.
Tidak lupa, munggahan menjadi bentuk silahturahmi dengan adanya saling bertemu bersama keluarga, teman, atau kerabat lainnya. Diharapkan, munggahan dapat mempererat persaudaran di antara sesama.
Baca Juga: 12 Tradisi Unik Menyambut Puasa di Berbagai Daerah Nusantara
Waktu Pelaksanaan Munggahan
Tradisi munggahan diperkirakan sudah berlangsung sejak Abad Ketujuh, yaitu ketika agama Islam mulai masuk ke wilayah Sunda. Kala itu, para penyebar agama Islam menggunakan tradisi setempat guna mengenalkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakatnya.
Lalu, kapan waktu menjalankan munggahan ? Ada yang menyebutkan bahwa munggahan dilakukan seminggu atau dua minggu sebelum puasa Ramadan. Namun, umumnya, tradisi munggahan dilakukan pada akhir bulan Sya’ban—bulan sebelum bulan Ramadan—terutama satu atau dua hari menjelang mulai puasa.
Kegiatan yang Dilakukan Saat Munggahan
Apa saja bentuk pelaksanaan munggahan itu? Sebenarnya kegiatan selama munggahan tidak harus formal. Setiap orang bisa memiliki aktivitas yang berbeda, sehingga lebih bervariasi.
Berikut ini beberapa hal yang dilakukan saat munggahan:
1. Berkumpul Bersama Keluarga
Pelaksanaan munggahan paling umum adalah dengan berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Oleh karena itu, masyarakat Sunda kerap kali mudik atau pulang kampung dahulu menjelang bulan Ramadan.
Mereka menyisihkan waktu khusus untuk menjalankan tradisi munggahan layaknya seperti hendak Lebaran.
2. Saling Bermaafan
Berkumpulnya keluarga dan kerabat tersebut diiringi pula dengan makan bersama, saling bermaafan, dan berdoa bersama untuk kelancara ibadah puasa Ramadan. Munggahan diisi juga dengan bersama-sama pergi ke tempat wisata untuk berekreasi sekaligus mendekatkan tali silahturahmi.
Lalu, melakukan sedekah munggah atau sedekah sehari menjelang puasa.
Baca Juga: 12 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri untuk Keseimbangan Hidup
3. Ziarah
Kemudian, tidak kalah pentingnya, melakukan ziarah yaitu mengunjungi makam orang tua, saudara, atau kerabat yang sudah meninggal dunia. Tradisi ziarah saat munggahan ini dilakukan membawa kembang dan air dalam botol atau kendi.
Selama melakukan ziarah, kita dapat mendoakan dan membersihkan makamnya.
4. Membersihkan Diri Menjelang Puasa
Terakhir, membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dengan keramas yang menjadi sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan membersihkan diri berarti siap memasuki bulan Ramadan dalam keadaan bersih dan pikiran yang positif.
Tradisi munggahan terus berlangsung hingga saat ini, sekalipun zaman telah modern. Secara turun-temurun, masyarakat Sunda selalu menjalankan tradisi tersebut menjelang puasa sehingga tetap lestari hingga sekarang. Munggahan pun menjadi salah satu identitas budaya Sunda dan Nusantara pada umumnya.
Menjalani munggahan secara tidak langsung kita telah melaksanakan kebiasaan hidup yang holistik. Pasalnya, munggahan melibatkan aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Dari membersihkan diri, saling berkumpul dan bermafaatan, serta kepatuhan terhadap nilai-nilai agama. Dengan menyatukan aspek fisik, mental, dan spiritual, munggahan telah menciptakan pengalaman hidup yang berdampak positif pada kesehatan dan keseimbangan manusia.
Selamat berpuasa!
Pingback: 7 Cara Mudah dan Efektif Mengajarkan Anak Puasa - Jivaraga
Pingback: Pentingnya Takjil adalah untuk Kelancaran Ibadah Puasa Ramadan - Jivaraga
Pingback: 10 Menu Takjil Tradisional Indonesia untuk Buka Puasa Ramadan - Jivaraga