Belakangan ini, istilah “fatherless” semakin sering muncul di media sosial sebagai penyebab berbagai masalah mental seseorang. Fenomena ini semakin sering ditemui dalam masyarakat modern untuk menyebutkan ketika seseorang tumbuh tanpa sosok ayah. Dampak fatherless ini bahkan secara jangka panjang berpotensi berpengaruh dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan perilaku.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan fatherless? Memahami tentang fatherless dan dampak yang ditimbulkan adalah langkah untuk mengidentifikasi tantangan dan dukungan yang diperlukan dalam perkembangan seseorang.
Apa Itu Fatherless?
“Fatherless” merujuk pada kondisi di mana seorang anak tumbuh tanpa kehadiran ayah sebagai sosok utama dalam kehidupan sehari-harinya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perceraian, kematian, kepergian ayah dari keluarga, atau ketidakmauan seorang ayah untuk terlibat dalam pengasuhan.
Dampak fatherless ini sangat kompleks. Sebabnya, peran ayah secara tradisional bukan hanya sebagai penyedia kebutuhan. Disebutkan dalam ui.ac.id, keberadaan ayah secara stabil dalam kehidupan anak penting bagi perkembangan emosional anak karena dapat memberikan stabilitas, perlindungan, dan rasa aman.
Oleh karena itu, ketiadaan figur ayah ini dapat menimbulkan berbagai dampak bagi perkembangan anak, baik dalam aspek psikologis, emosional, maupun sosial. Fatherless sering dikaitkan dengan masalah emosional dan masalah perilaku pada seorang anak.
Tanpa bimbingan seorang ayah, anak mungkin kehilangan salah satu sumber panduan penting dalam menghadapi dunia. Hal ini tentunya memengaruhi kepribadian dan cara mereka memandang diri sendiri serta lingkungan di sekitar mereka.
Baca Juga: Ketika Rasa Tidak Nyaman dengan Keluarga Sendiri Hadir: Penyebab, Dampak, dan Solusi
Penyebab Timbulnya Kondisi Fatherless
Melansir dari Katadata.co.id, laporan ““State of the World’s Fathers” yang dirilis Rugers Indonesia pada tahun 2015 menyebutkan bahwa budaya patriarki adalah salah satu penyebab absennya ayah dalam perkembangan anak di Indonesia. Salah satu bentuk budaya tersebut adalah para ayah yang diharapkan sebagai pencari nafkah keluarga dengan bekerja di luar rumah.
Secara umum, seperti disebutkan Psychology Today, berikut beberapa penyebab timbulnya kondisi fatherless:
1. Perceraian
Perceraian adalah salah satu penyebab paling umum dari kondisi fatherless. Setelah perceraian, ada kemungkinan besar ayah tidak lagi tinggal bersama anak, terutama jika hak asuh lebih banyak diberikan kepada ibu. Situasi ini sering membuat keterlibatan ayah dalam kehidupan anak menjadi terbatas.
2. Kematian
Kehilangan ayah karena kematian meninggalkan dampak mendalam dan tak tergantikan bagi anak-anak. Selain kehilangan sosok pengasuh, anak juga kehilangan figur perlindungan dan bimbingan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan mereka.
3. Ayah yang absen secara emosional
Meskipun secara fisik ada, beberapa ayah tidak aktif dalam kehidupan anak karena absen secara emosional. Mereka mungkin tidak terlibat dalam pengasuhan atau tidak memberikan perhatian yang cukup pada kebutuhan emosional anak. Ini menyebabkan anak merasa seperti tidak memiliki figur ayah.
4. Ayah yang tidak Menikah atau tidak terlibat
Dalam beberapa kasus, ada ayah yang tidak menikah dengan ibu anaknya atau memilih untuk tidak terlibat dalam pengasuhan anaknya. Ketidakikutsertaan ayah ini sering kali meninggalkan beban pengasuhan pada ibu atau keluarga lain.
5. Tuntutan pekerjaan atau masalah finansial
Selain karena budaya patriarki yang disebutkan di atas, beberapa ayah harus bekerja jauh dari keluarga atau tekanan ekonomi yang membuat mereka tidak bisa hadir di kehidupan anak secara penuh. Situasi ini sering terjadi pada pekerjaan yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Ayah jadi tidak bisa terlibat secara optimal dalam kehidupan anak.
Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Anak
Kondisi fatherless akan menimbulkan dampak pada berbagai aspek kehidupan. Berikut, seperti disebutkan dalam Fathers.com, beberapa dampak fatherless yang sering kali terjadi:
1. Masalah emosional dan perilaku
Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah sering kali mengalami perasaan tidak aman, kesepian, dan rendah diri. Mereka mungkin merasa tidak berharga atau ditinggalkan, yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan memperbesar risiko gangguan kecemasan dan depresi.
2. Sulit menentukan jati diri
Kehadiran ayah membantu anak dalam memahami diri dan membentuk identitas mereka. Ketiadaan figur ayah bisa membuat anak kebingungan dalam menentukan jati diri. Terutama, dalam hal memahami peran gender, tanggung jawab, dan nilai-nilai sosial.
3. Masalah perilaku dan sosial
Anak-anak tanpa ayah cenderung lebih rentan terhadap masalah perilaku. Contohnya, bersikap agresif, kenakalan, atau sulit mematuhi aturan sosial. Mereka mungkin juga merasa kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan sering kali kesulitan mempercayai orang lain.
4. Prestasi akademis yang menurun
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah berisiko memiliki performa akademis yang lebih rendah. Kurangnya motivasi, dorongan, dan dukungan dari ayah bisa membuat mereka kurang termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi di sekolah.
5. Rentan terhadap pengaruh negatif
Tanpa bimbingan ayah, anak-anak mungkin mencari perhatian atau arahan dari lingkungan luar yang tidak selalu positif. Mereka lebih rentan terpengaruh oleh pergaulan yang salah hingga mengarah pada penyalahgunaan zat, kriminalitas, atau aktivitas berisiko lainnya.
Baca Juga: Memahami dan Mengatasi Siklus Kebiasaan Menyalahkan Diri Sendiri dengan Terapi Family Constellation
Sebagai kesimpulan, fenomena fatherless memang bisa membawa dampak yang kompleks bagi perkembangan anak, terutama dalam aspek emosional, sosial, dan akademis. . Namun, penting untuk tidak menutup mata pada banyaknya faktor yang turut membentuk anak menjadi pribadi yang resilien dan mampu mengatasi kekurangan tersebut.
Banyak di antara mereka yang berhasil tumbuh dan berkembang dengan baik berkat dukungan dari ibu, keluarga besar, atau figur lain yang berperan sebagai panutan. Dengan lingkungan yang positif dan dukungan emosional yang kuat, anak-anak tanpa ayah juga bisa mencapai kesejahteraan psikologis dan keberhasilan dalam hidup.
Bagi mereka yang merasakan dampak mendalam dari kondisi fatherless dan ingin menyembuhkan luka batin terkait hal ini, Family Constellation Therapy di JIVARAGA bisa menjadi salah satu cara untuk membantu proses pemulihan.
Dalam terapi ini, Anda akan dipandu memahami dinamika dalam keluarga, baik disadari atau tidak. Bersama Silvia Basuki, Family Constellation Therapist JIVARAGA, Anda akan dibantu melepaskan beban emosional serta menemukan kembali keseimbangan dalam menjalani kehidupan.
Untuk informasi lebih lanjut dan booking sesi privat terapi Family Constellation di JIVARAGA, klik ke:
https://jivaraga.com/jivaraga-space/
Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:
Juga, di Instagram:
https://www.instagram.com/jivaragaspace
JIVARAGA menawarkan lingkungan yang aman dan suportif bagi siapa pun yang ingin memperbaiki hubungan keluarga atau sekadar berdamai dengan masa lalu.
(Foto: Freepik)