You are currently viewing Five Stages of Grief adalah Langkah-Langkah Menuju Penerimaan dan Penyembuhan dari Kedukaan

Five Stages of Grief adalah Langkah-Langkah Menuju Penerimaan dan Penyembuhan dari Kedukaan

Menghadapi kehilangan besar adalah pengalaman yang sangat pribadi dan kompleks. Kala itu terjadi, sering kali timbul berbagai emosi yang intens dan membingungkan. Salah satu cara untuk memahami perjalanan emosional ini adalah melalui konsep Five Stages of Grief (Lima Tahap Kedukaan).

Five Stages of Grief ini akan menguraikan lima tahap utama yang mungkin dialami seseorang dalam proses duka. Memahami tahapan-tahapan Five Stages of Grief ini adalah cara untuk membantu mengatasi perjalanan hidup yang berhadapan dengan kehilangan.

Apa Itu Grief?

Cindy Gozali, Leadership & Mindfulness Coach JIVARAGA menyebutkan grief atau kedukaan adalah respons alami terhadap kehilangan, baik itu kehilangan orang terkasih, hubungan, pekerjaan, maupun aspek penting lainnya dalam hidup.

“Kedukaan sendiri tidak hanya memengaruhi kita secara emosional, tetapi juga secara fisik dan mental,” sebut Cindy. Pada akhirnya, kedukaan sering kali menimbulkan rasa lelah, kebingungan, atau ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

Perasaan juga duka dapat menyebabkan beragam reaksi, mulai dari kesedihan mendalam hingga kemarahan atau rasa hampa. Cindy menambahkan bahwa perjalanan kedukaan setiap individu sangatlah unik. Setiap orang merespons kehilangan dengan caranya sendiri.

Five Stages of Grief adalah Salah Satu Cara Menghadapi Kehilangan

five stages of grief adalah kedukaan

Five Stages of Grief adalah model psikologis yang menguraikan lima tahap emosional yang umum dialami seseorang saat menghadapi kehilangan besar, seperti kematian, perceraian, atau kehilangan pekerjaan.

Konsep Five Stages of Grief pertama kali diperkenalkan oleh Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater Swiss-Amerika, dalam bukunya yang terbit tahun 1969 berjudul On Death and Dying. Kübler-Ross mengembangkan teori ini berdasarkan pengalamannya bekerja dengan pasien-pasien yang sedang menghadapi kematian akibat penyakit terminal.

Dia mengamati pola emosional yang umum pada pasien yang mengetahui bahwa mereka akan segera meninggal, yang kemudian ia rangkum menjadi lima tahap utama. Model ini awalnya dimaksudkan untuk menggambarkan respons individu terhadap diagnosis penyakit mematikan.

Seiring waktu, model ini berkembang dan mulai diterapkan secara lebih luas dalam konteks kehilangan lain, seperti kematian orang terkasih, perceraian, atau kehilangan pekerjaan. Meskipun beberapa penelitian berpendapat bahwa tidak semua orang melalui kelima tahap ini, konsep Five Stages of Grief  adalah tetap menjadi salah satu kerangka paling dikenal dalam memahami proses duka dan kehilangan.

Baca Juga: Memahami 7 Masalah Keluarga yang Umum Terjadi, Langkah Awal Temukan Solusinya

Tahapan Five Stages of Grief Ini adalah yang Paling Dikenal

Five Stages of Grief adalah konsep yang membantu kita memahami perjalanan emosional yang kompleks saat seseorang menghadapi kehilangan. Tidak semua orang mengalami kelima tahap ini dalam urutan yang sama atau intensitas yang sama. Namun, memahami tiap tahapan dapat membantu kita mengenali dan merangkul proses duka.

Tahapan Five Stages of Grief adalah:

1. Denial (Penolakan)

Tahap pertama dari lima tahap kesedihan adalah penolakan. Ini adalah mekanisme pertahanan sementara yang digunakan oleh pikiran untuk melindungi diri dari guncangan awal berita yang mengejutkan atau menyakitkan.

Penolakan biasanya ditandai dengan ketidakpercayaan atau ketidakmampuan untuk menerima kenyataan dari kehilangan. Pada tahap ini, seseorang mungkin merasa kebas atau terputus dari emosi mereka. Pikiran seperti “Ini tidak mungkin terjadi” atau “Saya tidak percaya ini nyata” sering kali muncul.

Penolakan membantu seseorang untuk mengatasi kenyataan secara bertahap. Cara ini memungkinkan otak untuk menyerap informasi sedikit demi sedikit. Seiring waktu, realitas akan mulai terasa lebih nyata. Dia pun beralih ke tahap berikutnya.

2. Anger (Kemarahan)

Setelah kenyataan mulai dihadapi, muncul perasaan marah. Kemarahan bisa diarahkan kepada orang lain, situasi, diri sendiri, atau bahkan kepada orang yang telah meninggal.

Sering kali, individu yang berada dalam tahap ini bertanya-tanya, “Mengapa ini terjadi pada saya?” atau “Mengapa mereka meninggalkan saya?”. Kemarahan adalah emosi yang kuat dan dapat menimbulkan rasa tidak adil serta frustrasi.

Meskipun kemarahan bisa membuat hubungan dengan orang di sekitar menjadi tegang, ini adalah bagian dari proses penyembuhan. Perasaan marah harus diekspresikan dan diakui, karena menekannya hanya akan memperlambat pemulihan.

Baca Juga: Cara Menyembuhkan Inner Child yang Terluka untuk Kehidupan yang Lebih Bahagia dan Berkualitas

3. Bargaining (Tawar-Menawar)

Tahap tawar-menawar sering kali muncul ketika individu merasa putus asa dan tidak berdaya. Pada tahap ini, seseorang mungkin mencari cara untuk “membalikkan” situasi dengan bernegosiasi. Sering kali dengan diri sendiri atau kekuatan yang lebih tinggi.

Pikiran seperti “Kalau saja saya melakukan ini, mungkin dia masih di sini” atau “Saya berjanji akan berubah jika situasi ini bisa diperbaiki” adalah contoh dari tawar-menawar.

Ini adalah tahap di mana seseorang mencoba menemukan cara untuk mengendalikan situasi atau memberikan arti pada apa yang terjadi. Pada akhirnya, mereka akan menyadari bahwa tidak ada cara untuk memutar balik waktu. Dari sini, mereka berpindah ke tahap berikutnya.

4. Depression (Depresi)

Tahap depresi dalam proses duka sering kali dipenuhi oleh kesedihan yang mendalam. Pada titik ini, seseorang mungkin merasa putus asa, kehilangan motivasi, dan terjebak dalam perasaan kehilangan yang besar.

Semua usaha untuk melawan atau menawar mulai mereda, digantikan oleh kesadaran bahwa kehilangan tersebut permanen. Pikiran-pikiran tentang hidup tanpa orang yang telah pergi atau tentang masa depan yang berubah drastis mulai mendominasi.

Depresi dalam duka bukanlah tanda kelemahan. Melainkan, merupakan bagian penting dari proses penyembuhan. Memproses perasaan sedih dan hampa adalah langkah penting dalam memahami dan menerima kenyataan.

5. Acceptance (Penerimaan)

Tahap terakhir adalah penerimaan. Ini bukan berarti seseorang “melupakan” atau “berdamai” dengan kehilangan. Tahap ini lebih pada penerimaan kenyataan bahwa hidup akan berbeda. Di sini, seseorang mulai menemukan cara untuk melanjutkan hidup dengan keadaan yang ada.

Penerimaan adalah saat ketika seseorang bisa mulai merencanakan masa depan tanpa kehadiran orang atau hal yang telah hilang, meskipun rasa kehilangan itu mungkin masih ada.

Mengakhiri proses kedukaan bukan berarti melupakan, tapi lebih kepada menemukan cara untuk melanjutkan hidup dengan kenyataan yang ada. Masing-masing tahap dari Five Stages of Grief adalah membantu kita memahami dan merespons emosi yang muncul saat berhadapan dengan duka.

Lengkapi tahapan atasi kedukaan dengan meditasi untuk menenangkan pikiran dan membantu penerimaan kenyataan yang ada. Di JIVARAGA, Anda dapat mengikuti sesi meditasi yang dipandu oleh praktisi berpengalaman untuk melalui tahapan-tahapan emosional ini dengan lebih sadar dan tenang.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai sesi-sesi meditasi di JIVARAGA, dapat klik ke:

https://jivaraga.com/private-sessions/

Atau, dapat menghubungi JIVARAGA via WA:

https://wa.me/6281188811338

Juga, di Instagram:

https://www.instagram.com/jivaragaspace

Pada akhirnya, duka adalah perjalanan yang harus dijalani, bukan dihindari. Dengan pemahaman yang lebih dalam, kita bisa menguatkan diri dan orang lain untuk menghadapi kehilangan serta merangkul kehidupan setelahnya.

(Foto: Freepik)

Leave a Reply