Kemajuan teknologi komunikasi saat ini telah memberikan banyak kemudahan untuk manusia. Kita semakin terhubung satu sama lain. Meski demikian, dampak negatifnya juga tak terelakkan, yaitu phubbing. Fenomena pengabaian interaksi langsung dengan orang sekitar karena gawai terlihat sepele, tapi berdampak signifikan dalam membangun hubungan yang sehat dan bermakna.
Kenali Phubbing
Phubbing, atau phone snubbing, adalah perilaku yang mengabaikan orang lain dalam situasi sosial dengan sengaja menggunakan smartphone atau perangkat elektronik lainnya. Dalam situasi ini, seseorang lebih memerhatikan layar gawainya daripada interaksi langsung dengan orang di sekitarnya. Akibatnya, orang-orang yang ada di sekitarnya tersebut merasa tidak dihargai atau dikecualikan dari percakapan atau kegiatan sosial yang sedang berlangsung.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Kesepian di Era Digital
Dampak Phubbing
Ketika seseorang melakukan phubbing, bukan hanya terasa tidak sopan atau mengabaikan orang sekitar. Jika dilakukan berulang-ulang, akan membawa dampak jangka panjang.
1. Merusak hubungan interpersonal
Ketika seseorang secara konsisten mengabaikan interaksi langsung karena terlalu fokus pada gawainya, orang lain merasa diabaikan dan tidak dihargai secara emosional. Hal ini dapat merusak hubungan interpersonal, memunculkan ketidaknyamanan, dan mengurangi kualitas interaksi sosial secara keseluruhan. Terjadi jarak yang makin dalam pada komunikasi antarindividu dan menimbulkan perasaan terisolasi pada individu yang terabaikan tadi.
2. Menghambat perkembangan komunikasi verbal
Phubbing dapat menghambat kemampuan mengembangkan komunikasi. Ketergantungan komunikasi melalui media sosial dan pesan teks mengurangi kesempatan untuk berlatih keterampilan komunikasi langsung. Contohnya, untuk membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara.
Dampaknya, mereka jadi kurang mumapu membentuk hubungan yang kuat dan membangun pemahaman lebih dalam dengan orang lain. Hal ini kemungkinan dapat mengganggu perkembangan hubungan sosial dan profesional di masa depan.
3. Produktivitas
Terpaku pada gadget dapat mengganggu alur kerja dan mengurangi efisiensi dalam menyelesaikan tugas-tugas penting. Penggunaan ponsel yang berlebihan juga dapat mengakibatkan terganggunya pola tidur. Hal ini dapat menurunkan tingkat energi dan daya tahan mental mereka dalam menghadapi tugas-tugas. Sehingga, menurunkan pencapaian akademik dan/atau profesional secara keseluruhan.
Baca Juga: 12 Cara Berdamai dengan Diri Sendiri untuk Keseimbangan Hidup
Cara Mengatasi Phubbing
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, phubbing telah menjadi masalah yang merasakan sebagian orang. Bukan berarti tidak bisa diatasi, atau setidaknya dikurangi. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat kembali fokus pada hubungan manusiawi yang mendalam dan memperkuat kualitas interaksi sosial kita.
1. Menetapkan batasan penggunaan ponsel
Atur waktu khusus untuk menggunakan ponsel dan terapkan batasan dalam hal frekuensi dan durasi penggunaannya. Hal ini dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk terpaku pada perangkat elektronik.
2. Meningkatkan kesadaran akan dampak negatifnya
Edukasi mengenai dampak phubbing terhadap hubungan sosial, keterampilan komunikasi, dan produktivitas dapat membantu individu memahami pentingnya kehadiran emosional dalam interaksi sosial.
3. Menerapkan kehadiran emosional dalam interaksi sosial
Coba untuk berusaha supaya hadir sepenuhnya dengan orang-orang di sekitar. Caranya, dengan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan perhatian terhadap ekspresi wajah dan bahasa tubuh, serta menghargai waktu bersama. Langkah-langkah tersebut dapat membantu mengurangi praktik phubbing dan membangun hubungan yang lebih bermakna.
Baca Juga: 7 Cara Belajar dari Kesalahan untuk Mengasah Ketahanan Mental
Phubbing—dalam bahasa Indonesia baku disebut “gemawai”—atau terpaku pada gawai adalah sebuah tantangan di era modern saat ini. Dengan meningkatkan kesadaran akan dapat negatifnya dan mengambil langkah-langkah untuk menghalaunya yang sesuai, ada peluang untuk mengurangi perilaku tersebut. Harapannya, kita dapat mempererat kembali dengan orang-orang di sekitar, membangun hubungan yang lebih mendalam dan merajut kembali kehidupan sosial yang bermakna.