You are currently viewing Rasa Sepi sebagai Pintu Keseimbangan dan Kedamaian Batin: Kesepian dan Suwung untuk Mindfulness

Rasa Sepi sebagai Pintu Keseimbangan dan Kedamaian Batin: Kesepian dan Suwung untuk Mindfulness

Kesepian tidak selalu bermakna negatif. Justru, dalam kesepian terdapat pintu menuju kedamaian batin. Salah satunya melalui ajaran leluhur budaya Jawa berupa konsep suwung. Dari suwung dapat diperoleh pula kunci menuju mindfulness dalam keseharian.

“Di tengah hiruk-pikuk, di dekat saudara dan teman-temannya, orang bisa merasa sendiri dan sepi. Seperti itulah yang kurasakan sekarang.”

Kalimat di atas adalah status di Facebook yang ditulis oleh guru saya: wartawan, cerpenis, penulis skenario, Nadjib Kartapati Z. Status ini membuat saya merenung, apalagi membaca komentar yang menyertainya. Rata-rata sama: merasa kesepian.

Bagaimana Kesepian Muncul?

Kesepian  bisa menyerang kapan saja, bahkan ketika kita dikelilingi oleh banyak orang. Ini adalah fenomena yang sering kita alami, merasa terasing meski berada di tengah keramaian. Kesepian dapat memicu perasaan putus asa dan ketidakberdayaan. Seperti kapal yang terombang-ambing di lautan tanpa kompas, perasaan ini bisa membuat kita kehilangan arah.

Perasaan kesepian ini muncul bisa karena dipicu masalah kesehatan. Namun, bisa jadi juga karena ketidakpuasan emosional dan kebutuhan akan hubungan yang lebih dalam dan berarti. Ini bisa terjadi jika kita merasa tidak dipahami atau tidak memiliki tempat untuk berbagi perasaan yang sebenarnya.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa semakin banyak teman yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan mereka merasa kesepian. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi yang dangka, yang tidak dapat menggantikan kebutuhan emosional untuk hubungan mendalam dan bermakna.

Rasanya, jenis pertemanan semacam inilah yang banyak hadir saat ini. Seperti minum air laut untuk menghilangkan haus, semakin banyak yang kita tenggak, semakin kita merasa kehausan.

Baca Juga: Pentingnya Tujuan Hidup untuk Memberi Makna Eksistensi Diri

Suwung sebagai Konsep Kesepian dalamBudaya Jawa

Dalam kebudayaan Jawa, ada konsep menarik yang bisa memberikan perspektif berbeda tentang kesepian, yaitu suwung. Suwung adalah istilah yang menggambarkan rasa hampa.

Rasa hampa ini diartikan sebagai kondisi kosong yang tidak mempunyai bentuk dan abstrak. Bagi sebagian besar masyarakat suku Jawa, suwung seringkali artinya digambarkan sebagai kondisi yang negatif, yaitu kondisi kesepian yang membuat seseorang merasa terpisah dari dunia sekitarnya.

Namun, suwung sebagai ajaran rahasia leluhur Jawa juga memiliki makna yang lebih dalam dan positif. Suwung mengandung makna kekosongan yang bernuansa pengendalian diri yang sempurna dan kesadaran sejati akan diri yang berkaitan dengan ketuhanan.

Dalam kondisi suwung, manusia mampu menerima suatu masalah dengan cara mengosongkan diri dan secara hakiki menerima Tuhan dalam kondisi apa pun. Keadaan narimo (menerima) dan syukur menjadi dasar penyelesaian masalah bagi seluruh subyek.

Bagaimana Cara Mencapai Suwung?

Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk mencapai kondisi suwung.

  1. Kita memandang dunia terlepas dari diri kita. Jika kita sudah melakukan ini maka secara alami lebih mudah mencapai tahapan suwung.
  2. Kita masih terikat dengan duniawi. Namun, setelah melakukan usaha nyata untuk mencapai tujuan, ada kejadian istimewa yang mengubah sudut pandang kita terhadap dunia. Jika ini terjadi, harapan hidup kita berubah dan membawa kita mencapai tahap suwung.
  3. Jika kita masih memiliki keterikatan yang kuat dengan dunia. Kita berusaha mencapai tujuan, membangun harapan yang sejalan dengan usaha. Namun, ketika mengalami suatu kejadian istimewa, kita akhirnya melepaskan diri dari pikiran duniawi dan mencapai suwung.

Dengan memahami ketiga hal itu, ada pilihan cara pandang berbeda saat kita menghadapi berbagai masalah:

  1. Memecahkan masalah dengan kepasrahan.
  2. Menyelesaikan masalah dengan berkompromi dengan fakta.
  3. Menyelesaikan masalah melalui pencarian makna hidup.

Dalam pencapaian suwung di atas, manusia belajar untuk menerima dan bersyukur atas segala kondisi yang ada. Lalu bagaimana dengan konsep aktualisasi diri tentang kebutuhan pokok hidup yang disampaikan oleh Maslow? Bukankah manusia harus memenuhi kebutuhannya yang paling rendah terlebih dahulu sebelum naik ke tingkat yang lebih tinggi? Baru, setelah itu bisa mengaktualisasikan dirinya?

Dengan suwung, semua hierarki tersebut tidak berlaku. Pemaknaan mengenai suwung tidak bukan hanya didapatkan ketika seseorang sudah memenuhi kebutuhan dasar semata. Namun, mereka juga mampu dengan sadar mengendalikan dirinya sendiri.

Baca Juga: 7 Cara Belajar dari Kesalahan untuk Mengasah Ketahanan Mental

Berteman dengan Kesepian

Dari penjelasan di atas, rasa kesepian, meskipun terasa menyakitkan, jangan kita biarkan menjadi depresi. Melainkan, alangkah baiknya kita jadikan pintu untuk mencapai suwung. Saat merasa sendiri, sebenarnya batin kita mengajak untuk kembali kepada diri sendiri, untuk menemukan kedamaian dan keseimbangan dalam kekosongan.

Pada titik ini, kesepian bukan lagi musuh. Melainkan, guru yang mengajarkan kita tentang arti dari penerimaan dan kesadaran diri yang hakiki. Menerima diri kita apa adanya. Menikmati anugerah yang diberikan semesta pada kita. Inilah barangkali yang menurut tren di dunia modern dimaknai secara sederhana dengan mindfulness.

Lalu apa yang harus kita lakukan saat merasa sepi di tengah keramaian? Bagaimana cara mengatasi kesepian tersebut? Mari kita ubah cara pandang kita. Saat kesepian datang menghampiri, mungkin itu adalah panggilan untuk mencapai suwung. Untuk menemukan ketenangan dalam kekosongan. Dan, untuk menghidupkan kembali semangat dalam diri kita dengan lebih bijaksana.

Sebab, dalam suwung, kita tidak benar-benar sendiri. Melainkan, selalu terhubung dengan diri yang sejati dan Sang Pencipta.ng, kita tidak benar-benar sendiri. Melainkan, selalu terhubung dengan diri yang sejati dan Sang Pencipta. (Dwi Sutarjantono, CH. CHT. CI , MNNLP, CMIH, penulis/mind programmer)

Dwi Sutarjantono, CH. CHT. CI , MNNLP, CMIH

Mind Programmer, Hypnotherapy Specialist