You are currently viewing 8 Tradisi Puasa Ramadan Unik di Berbagai Negara: Menyelami Keberagaman Penuh Makna Spiritual dan Sosial

8 Tradisi Puasa Ramadan Unik di Berbagai Negara: Menyelami Keberagaman Penuh Makna Spiritual dan Sosial

Umat Muslim menyambut Ramadan tidak hanya dengan menahan lapar dan haus. Keyakinan bulan ini membawa berkah berlipat ganda dibanding bulan membuat mereka juga merayakan tradisi unik yang mencerminkan keberagaman budaya. Bahkan, setiap negara memiliki cara tersendiri dalam menyambut Ramadan. Tradisi unik selama bulan puasa di berbagai negara ini mampu memperkaya pengalaman spiritual dan mempererat hubungan sosial umat Muslim.

Mengapa Ada Tradisi Puasa di Berbagai Negara?

Selain sebagai waktu beribadah dan refleksi spiritual, Ramadan juga menjadi momen yang erat dengan budaya dan kebiasaan lokal di berbagai negara. Berbagai tradisi puasa berkembang dari generasi ke generasi sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan suci di berbagai negara. Selain itu, sebagai cermin identitas budaya masing-masing komunitas muslim. 

Keberagaman tradisi ini menunjukkan bagaimana Islam bukan hanya tentang menahan diri dari lapar dan dahaga. Tradisi ini juga tentang mempererat hubungan sosial dan melestarikan warisan budaya. Serta, kita dapat melihat bagaimana Islam beradaptasi dengan budaya setempat dan menciptakan identitas Ramadan yang khas di setiap wilayah. 

Tradisi Puasa di Berbagai Negara

tradisi puasa di berbagai negara adalah

Dari Mesir hingga Indonesia, berikut berbagai tradisi puasa di berbagai negara:

1. Mesir: Lentera Fanoos untuk menerangi Ramadan

Mesir memiliki tradisi puasa unik dengan menghiasi jalanan dan rumah-rumah menggunakan lampu berwarna-warni. Lampu-lampu ini dikenal juga dengan nama “lentera Fanoos” dan melambangkan kebersamaan dan kegembiraan. 

Tradisi ini bermula sejak masa dinasti Fatimiyah. Kala itu, pada hari kelima Ramadan tahun 358 H (969 M), Khalifah Fatimiyah Moaezz El-Din El-Allah, memasuki Kairo untuk pertama kalinya setelah senja. Warga menyambutnya dengan lilin yang ditempatkan dalam bingkai kayu agar tidak padam. Seiring waktu, bingkai kayu ini berkembang menjadi lentera berornamen yang kini menjadi simbol Ramadan di Mesir.

2. Turki: Menabuh beduk untuk membangunkan sahur

Seperti di banyak negara Timur Tengah lainnya, lebih dari 20.000 penabuh beduk atau davulcusu berkeliling jalanan di Turki untuk membangunkan umat Muslim sahur. Uniknya, mereka mengenakan kostum tradisional Ottoman, termasuk fez dan rompi. 

Baru-baru ini, pemerintah Turki memperkenalkan kartu keanggotaan bagi para penabuh beduk. Tujuannya, untuk membangun kebanggaan serta mendorong generasi muda melestarikan tradisi bersejarah ini di tengah perubahan zaman.

3. Uni Emirat Arab: Haq Al Laila atau anak-anak mengumpulkan permen

Pada tanggal 13, 14, dan 15 Ramadan, anak-anak berkeliling mengumpulkan permen dari orang-orang sekitarnya. Tradisi yang berawal dari Bahrain ini dinamakan Haq Al Laila dan mirip dengan “Trick-or’Treat” dalam budaya Barat.  Kini, tradisi ini dirayakan di berbagai negara Teluk, memperkuat nilai kebersamaan dan hubungan keluarga.

Pada tradisi ini, anak-anak mengenakan pakaian cerah dan berkeliling lingkungan untuk mengumpulkan permen sambil menyanyikan lagu tradisional. Mereka melantunkan Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang berarti “Berilah kami, dan Allah akan memberkahi serta membimbing kalian ke Baitullah di Mekah.” 

4 . Moroko: Penjaga kota membangunkan sahur dengan terompet

Seorang Nafar, atau penjaga kota di Maroko, berkeliling lingkungan saat fajar dengan mengenakan pakaian tradisional gandora, sandal, dan topi. Mereka juga meniup terompet untuk membangunkan warga sahur. 

Nafar ini dipilih berdasarkan kejujuran dan kepeduliannya terhadap masyarakat. Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-7. Pelaksanaan tradiri ini terinspirasi dari seorang sahabat Nabi Muhammad yang membangunkan umat Muslim dengan lantunan doa di waktu fajar.

5. Algeria: Menyantap Chorba

Salah satu kuliner khas Ramadan di Algeria adalah chorba. Hidangan ini berupa sup berkuah yang biasanya terbuat dari kacang merah, tomat, dan rempah-rempah. Menu  ini disajikan dengan roti dan sering menjadi hidangan pertama saat berbuka. Selain itu, dalam tradisi Algeria, banyak keluarga yang mengundang tetangga dan teman untuk berbuka bersama, mempererat tali persaudaraan.

6. Arab Saudi: Teka-teki Ramadan

Setelah shalat Tarawih, penduduk Arab Saudi memainkan reka-teki ini berupa pertanyaan agama atau budaya Islam. Mereka yang berhasil menjawab dengan benar biasanya diberikan dengan hadiah berupa makanan atau barang kecil. Tradisi ini bertujuan untuk menambah keceriaan dan semangat berbagi selama bulan Ramadan.

7. Indonesia: Mandi di sumber air alami

Masyarakat di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sering melakukan “ritual” mandi di sumber air alami seperti sungai, mata air, atau sumur. Tradisi ini dilakukan sebelum masuk bulan Ramadan dan menjadi simbol penyucian diri karena akan menjalani ibadah puasa. 

Tradisi ini diyakini diperkenalkan oleh Wali Songo sebagai bagian dari dakwah Islam di Jawa. Makna tradisi ini adalah mengajarkan bahwa kebersihan lahir dan batin penting dalam menyambut bulan suci. Hingga kini, Padusan masih dilakukan di berbagai daerah di Indonesia dan menjadi sarana mempererat hubungan masyarakat dan melestarikan nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

8. Suriah: Menembakkan meriam tanda berbuka puasa

Masyarakat Suriah mengetahui waktu berbuka dari suara meriam. Tradisi menyalakan meriam untuk menandai waktu berbuka dikenal dengan nama Midfa al Iftar. Tradisi ini diyakini bermula di Mesir lebih dari 200 tahun lalu. 

Saat itu, dua abad lalu, gubernur Ottoman, Khosh Qadam, secara tidak sengaja menembakkan meriam saat matahari terbenam. Suara ledakan tersebut membuat warga mengira itu adalah tanda berbuka puasa. Sejak itu, kebiasaan ini menyebar ke negara lain seperti Suriah dan Lebanon, menjadi bagian dari perayaan Ramadan.

Beragam tradisi puasa Ramadan di berbagai negara menunjukkan bagaimana setiap budaya memiliki cara unik dalam menyambut bulan suci. Tradisi-tradisi ini mengajarkan bahwa perjalanan spiritual tidak hanya tentang ibadah, tapi juga tentang keseimbangan fisik, emosional, dan sosial. 

Di JIVARAGA, kami percaya bahwa menjaga harmoni dalam diri adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan penuh makna, termasuk selama bulan Ramadan. Melalui berbagai sesi wellness di JIVARAGA, seperti yoga, soundbath, meditasi, dan mindfulness, Anda dapat memperdalam kesadaran diri dan menemukan keseimbangan energi untuk menjalani Ramadan dengan lebih optimal.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai berbagai sesi wellness di JIVARAGA klik:

https://jivaraga.com/

Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:

https://wa.me/6281188811338

Juga, di Instagram:

https://www.instagram.com/jivaragaspace

(Foto: Freepik, Pexels)

Leave a Reply