You are currently viewing Mengenal Trauma Masa Kecil: Penyebab dan Cara Mengatasinya terhadap Hubungan Interpersonal di Kala Dewasa

Mengenal Trauma Masa Kecil: Penyebab dan Cara Mengatasinya terhadap Hubungan Interpersonal di Kala Dewasa

Masih banyak yang mengabaikan trauma masa kecil karena sifatnya tersembunyi atau terabaikan. Padahal, pengalaman traumatis di masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Pada akhirnya, akan membentuk cara mereka berinteraksi dengan orang lain di masa dewasa. Oleh karenanya, penting untuk memahami tentang trauma masa kecil dan pengaruhnya terhadap hubungan interpersonal kelak guna menemukan cara mengatasinya yang tepat.

Apa Itu Trauma Masa Kecil?

Trauma masa kecil, menurut Medical News Today, mengacu pada pengalaman-pengalaman buruk yang terjadi selama masa kanak-kanan dan berdampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis seorang anak.

Pengalaman ini bisa berupa suatu kejadian besar, seperti kecelakaan atau bencana alam. Bisa juga berupa paparan berulang terhadap situasi stres yang kronis, seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, atau pengabaian (abandonment).

Trauma masa kecil ini akan membuat anak merasa tidak aman, tidak berdaya, dan merasa terancam. Menurut Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA), lebih dari 2/3 anak-anak setidaknya mengalami satu kali peristiwa traumatis dalam hidup mereka ketika menginjak usia 16 tahun.

Karena anak-anak masih dalam tahap perkembangan, mereka sering kali belum memiliki kapasitas emosional dan kognitif untuk memahami dan mengatasi pengalaman traumatis ini. Akibatnya, trauma yang tidak diatasi tersebut memengaruhi perkembangan otak, pola pikir, dan cara mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Penyebab Trauma Masa Kecil

TRAUMA MASA KECIL ADALAH

Beberapa pengalaman berikut yang sering kali menyebabkan trauma masa kecil pada seseorang.

1. Kekerasan fisik dan emosional

Anak-anak yang mengalami kekerasan fisik, seperti dipukul atau dianiaya, atau kekerasan emosional, seperti dicaci atau diabaikan, sering kali mengembangkan trauma. Kekerasan ini menciptakan lingkungan yang tidak aman dan tidak stabil. Ini dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam.

2. Abandonment (pengabaian)

Anak-anak yang tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka—dari kurang perhatian emosional hingga kebutuhan fisik, seperti makanan, perlindungan, atau kasih sayang—dapat mengembangkan trauma karena merasa tidak dicintai atau tidak berharga.

3. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual adalah salah satu bentuk trauma masa kecil yang paling merusak. Anak-anak yang menjadi korban pelecehan sering kali merasa malu, bersalah, dan takut untuk berbicara tentang apa yang terjadi. Hal ini justru memperburuk dampak traumatis.

4. Kehilangan orang tua atau pengasuh

Kehilangan orang tua atau pengasuh, seperti karena kematian, perceraian, atau lainnya, bisa jadi sumber trauma yang signifikan. Ketika seorang anak kehilangan figur kunci dalam hidupnya, mereka dapat merasa ditinggalkan atau tidak aman.

5. Lingkungan yang tidak stabil

Keluarga yang sering berpindah-pindah, menghadapi kemiskinan ekstrem, atau berada di lingkungan dengan kekerasan komunitas tinggi dapat juga menimbulkan trauma. Ketidakpastian yang terus-menerus dapat membuat anak merasa tidak aman dan takut.

Pengaruh Trauma Masa Kecil terhadap Hubungan Interpersonal

Trauma masa kecil dapat membekas sepanjang hidup seseorang. Pengalaman traumatis ini tidak hanya memengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Namun, juga berdampak signifikan pada hubungan interpersonal di masa dewasa. Seperti, pada aspek-aspek berikut:

1. Masalah kepercayaan

Ketika seseorang merasa dikhianati atau dilukai pada usia dini, mereka mungkin membangun tembok emosional untuk melindungi diri dari rasa sakit yang sama di masa depan. Akibatnya, mereka sering kali kesulitan membuka diri dan menjalin hubungan dengan orang lain.

2. Rasa tidak aman dalam hubungan

Trauma masa kecil mungkin selalu merasa takut ditinggalkan atau disakiti oleh orang lain. Rasa tidak aman ini bisa memicu kecemburuan yang berlebihan, haus perhatian, bahkan jadi posesif. Akibatnya, mengganggu hubungan, membuat orang lain terbebani, dan akhirnya merusak hubungan tersebut.

3. Pengulangan pola trauma

Trauma masa kecil juga sering membuat seseorang tanpa sadar mengulangi pola-pola destruktif yang mereka alami di masa lalu. Contoh, seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang banyak terjadi kekerasan dan pelecehan, mungkin secara tidak sadar memilih pasangan atau teman yang menunjukkan perilaku serupa.

Hal tersebut dikenal sebagai “re-enactment” atau pengulangan trauma. Seseorang mencoba mengatasi trauma masa lalu dengan menciptakan kembali situasi serupa, padahal ini bukan penyelesaian yang sehat.

4. Sulit mengungkapkan emosi

Anak-anak yang mengalami pelecehan atau pengabaian mungkin belajar bahwa mengungkapkan emosi membuat mereka tidak aman atau tidak diinginkan. Pada saat dewasa, hal ini bermanifestasi menjadi ketidakmampuan untuk berbicara secara terbuka.

5. Menciptakan siklus trauma

Trauma masa kecil yang tidak diatasi juga dapat memengaruhi cara seseorang menjadi orang tua. Mereka yang mengalami trauma mungkin kesulitan memberikan dukungan emosional yang diperlukan oleh anak-anak mereka atau dapat mengulangi pola pengasuhan yang berbahaya.

Ini dapat menciptakan siklus trauma antargenerasi. Dampak dari pengalaman masa kecil yang traumatis bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.

Membangun Kembali Hubungan yang Sehat dengan Family Constellation

Meskipun trauma masa kecil dapat meninggalkan bekas yang mendalam, pemulihan dan pembangunan kembali hubungan yang sehat tetap memungkinkan. Ada berbagai metode yang bisa membantu dalam proses penyembuhan trauma masa kecil. Salah satu metode yang lebis spesifik dan mendalam dalam menjawab kebutuhan penyembuhannya adalah terapi Family Constellation di JIVARAGA.

Terapi ini membantu individu mengeksplorasi dan memahami dinamika keluarga. Dalam dinamika tersebut, mungkin terdapat pola yang tidak disadari, tapi memengaruhi kehidupan mereka.

“Seorang anak yang menderita dan merasa tidak berdaya sering kali karena tidak mendapatkan cukup kasih sayang, perhatian, dan rasa aman.

Sering kali kita menemukan seorang anak, telah menderita dan merasa tidak berdaya, tidak mendapatkan cukup kasih sayang, perhatian, dan rasa aman,” kata Silvia Basuki, Certified Family Constellation Therapist JIVARAGA.

“Dari sudut pandang Family Constellation, perasaan-perasaan tersebut kadang bukan datang dari kita, melain orang-orang lain di luar keluarga inti dan generasi yang lain. Mereka ini memiliki perilaku serupa dengan yang kita hadapi,” tambah Silvia.

Maka, terapi Family Constellation di JIVARAGA akan membantu seseorang untuk melepaskan beban emosional yang terkait dengan trauma masa kecil dan memulihkan hubungan yang lebih dengan diri sendiri.

Untuk informasi dan booking sesi terapi Family Constellation yang dipandu oleh Silvia Basuki secara privat di JIVARAGA, klik ke:

https://jivaraga.com/private-sessions/

Atau, dapat menghubungi JIVARAGA via WA:

https://wa.me/6281188811338

Juga, di Instagram:

https://www.instagram.com/jivaragaspace

Dengan lingkungan dan profesional yang mendukung untuk menjalani proses penyembuhan ini, JIBARAGA membantu setiap individu menemukan kembali keseimbangan emosional dan kesejahteraan mereka.

(Foto: Freepik)