Belakangan mungkin Anda sering menemukan ungkapan “we listen, we don’t judge” di media sosial. Secara teori, istilah “we listen, we don’t judge” artinya sebuah ruang aman bagi orang-orang yang ingin berbagi cerita tanpa takut dihakimi. Kalimat ini menjadi simbol empati dan keterbukaan. Namun, seiring waktu, istilah ini justru digunakan secara sarkastik.
“We listen, we don’t judge” artinya menjadi dalih untuk bergosip atau membahas hal sensitif dengan kedok empati. Ada juga yang memakainya untuk menormalisasi perilaku kontroversial dengan alasan “tidak menghakimi”. Maknanya menjadi bergantung pada konteks dan niat penggunanya.
Lalu, apa artinya “we listen, we don’t judge” sebenarnya untuk kita pahami? Apakah ini benar-benar-benar mencerminkan sikap peduli? Atau, justru menjadi dalih untuk berbicara tanpa batas?
Asal Usul “We Listen, We Don’t Judge”
Tren “We listen, we don’t judge” mulai populer pada tahun 2024 yang awalnya muncul di Afrika Selatan sebelum menyebar ke berbagai negara melalui media sosial TikTok.
Konsepnya adalah sekelompok orang berbagi pengakuan atau rahasia pribadi sambil berkomitmen untuk mendengarkan tanpa menghakimi. Setelah setiap pengungkapan, frasa “We listen, we don’t judge” diulang sebagai bentuk afirmasi yang artinya mereka akan tetap menerima apa pun yang dikatakan tanpa prasangka.
Salah satu unggahan paling awal dan viral, menurut salah satu situs subculture terbesar, Knowyourmeme, berasal dari akun Instagram @thestanlley1. Pada postingannya, diperlihatkan sekelompok teman berbagi rahasia sambil mempertahankan ekspresi netral.
Video tersebut ditonton jutaan kali dan menginspirasi banyak orang untuk mengikuti tren ini. Baik, dengan tujuan serius maupun sebagai hiburan.
Bagaimana Tren Ini Berlangsung?
Dalam praktiknya, tren ini biasanya melibatkan pasangan, teman, atau anggota keluarga yang duduk bersama dan bergiliran mengungkapkan rahasia atau pengalaman pribadi. Pengakuan yang dibagikan bisa ringan dan lucu.
Seperti, mengakui pernah berpura-pura sibuk untuk menghindari tugas. Hingga hal yang lebih serius dan emosional, seperti perasaan tersembunyi terhadap seseorang atau kesalahan di masa lalu.
Uniknya, menurut TODAY.com, reaksi peserta sangat bervariasi. Beberapa berhasil tetap serius dan tidak menghakimi, sementara yang lain tampak kesulitan menahan ekspresi keterkejutan, tawa, atau bahkan rasa tidak percaya.
Inilah yang membuat tren ini menarik. Tren ini menghadirkan momen kejujuran dalam interaksi sosial yang sering kali dikurasi secara hati-hati di media sosial.
“We Listen, We Don’t Judge” Artinya Menciptakan Ruang Aman

Pada awalnya, “We listen, we don’t judge” digunakan sebagai prinsip dalam mendukung orang-orang yang ingin berbagi cerita, pengalaman pribadi, atau tantangan hidup mereka. Tujuannya adalah memberikan kenyamanan bagi individu yang merasa rentan agar dapat mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi.
Dalam konteks ini, “we listen we don’t judge” atau “mendengar tanpa menghakimi” artinya memberikan perhatian penuh terhadap cerita orang lain. Ia tidak disela atau diberikan opini yang merendahkan. Praktik ini terkait juga dengan empati, yaitu ketika seseorang berusaha memahami perspektif orang lain tanpa langsung menarik kesimpulan atau memberikan solusi yang tidak diminta.
Dampak Popularitas di Media Sosial
Penggunaan frasa ini pun terus berkembang di media sosial. Banyak pengguna platform seperti TikTok, X, dan Instagram mulai menggunakannya dalam berbagai konteks, termasuk konten humor, meme, atau bahkan gosip. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus, “We listen, we don’t judge” digunakan secara sarkastik untuk membenarkan perilaku julid atau membicarakan kehidupan orang lain.
Alih-alih menjadi platform untuk mendukung dan mendengarkan tanpa menghakimi, tren ini kadang digunakan untuk mengungkapkan informasi sensitif atau pribadi yang seharusnya tidak dipublikasikan. Informasi ini kemudian menjadi bahan perbincangan atau olok-olokan.
Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa tren ini dapat menormalkan perilaku negatif atau kesalahan. Orang merasa aman untuk mengungkapkan tindakan yang tidak pantas tanpa takut dihakimi. Hal ini dapat mengaburkan batas antara mendukung dan membiarkan perilaku yang tidak sehat atau merugikan.
Disebutkan dalam TODAY.com, menurut psikolog Avigail Lev, memang tren tersebut tampaknya mempromosikan kejujuran. Namun, sering kali melibatkan tindakan yang diungkapkan di belakang layar dan dapat merusak kepercayaan satu sama lain. Lev menyarankan lebih baik untuk menghindari perilaku seperti itu sejak awal daripada mengakuinya nanti.
Bagaimana Menerapkan “We Listen, We Don’t Judge” yang Artinya Positif
Agar makna asli dari “We listen, we don’t judge” tetap terjaga, penting untuk memahami bahwa konsep ini artinya bukan membenarkan semua tindakan. Ada perbedaan antara menciptakan ruang aman untuk berbagi dan membiarkan perilaku negatif tanpa pertanggungjawaban.
Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan prinsip ini dengan tepat:
1. Dengarkan dengan empati
Berikan perhatian penuh saat seseorang berbicara dan tunjukkan kepedulian tanpa langsung memberikan opini.
2. Hindari sarkasme atau julid
Jika ingin benar-benar mendukung seseorang, jangan gunakan frasa ini sebagai alasan untuk membicarakan orang lain secara negatif.
3. Jangan takut memberikan kritik yang membangun
Tidak menghakimi bukan berarti membiarkan seseorang terjerumus dalam perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Berikan dukungan dengan cara yang sehat dan positif.
4. Gunakan di ruang yang tepat
Pastikan konteks penggunaan frasa ini benar-benar menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, bukan sekadar tren media sosial.
5. Gunakan sikap mindful listening
Mindful listening adalah praktik mirip dengan we listen, we don’t judge, yaitu mendengarkan dengan penuh kesadaran tanpa menilai. Kita jadi fokus dan berempati pada apa yang dikatakan. Sikap ini membantu menciptakan ruang aman bagi orang lain untuk berbagi secara tulus.
Sesi mindfulness di JIVARAGA dapat membantu meningkatkan kemampuan mindful listening tersebut. Melalui praktik meditasi, pernapasan sadar, dan latihan mendengarkan dengan penuh perhatian, Anda akan belajar untuk hadir sepenuhnya dalam percakapan, memahami tanpa terburu-buru memberi respons, serta menciptakan ruang aman bagi orang lain untuk berbagi.
Untuk informasi mengenai berbagai sesi di JIVARAGA, klik:
Atau, menghubungi JIVARAGA via WA:
Juga, di Instagram:
https://www.instagram.com/jivaragaspace
(Foto: Freepik, Pexels)Dengan latihan yang konsisten, keterampilan ini tidak hanya memperdalam empati dan membantu menerapkan prinsip “we listen, we don’t judge” dalam kehidupan sehari-hari.