You are currently viewing Memahami Karma Leluhur dan Cara Memutus Siklus Negatif Keluarga yang Turun-temurun
Sumber: Freepik

Memahami Karma Leluhur dan Cara Memutus Siklus Negatif Keluarga yang Turun-temurun

Belakangan ini, istilah “karma leluhur” sedang hangat dibicarakan di media-media sosial. Terutama saja karena menyangkut apa yang sedang dialami seseorang pada saat ini. Perlu dicatat, istilah ini bukanlah karma seperti yang dipahami dalam ajaran spiritual. Karma leluhur adalah dinamika atau pola perilaku dalam keluarga yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Mungkin, apa yang kita alami saat ini—tantangan emosional, pola perilaku, bahkan masalah kesehatan—merupakan manifestasi dari karma leluhur. Oleh karena itu, artikel ini mencoba membantu mengenali tanda-tanda karma leluhur. Kemudian, menawarkan langkah-langkah untuk mengatasinya demi kesehatan jiwa dan raga pribadi sekaligus generasi mendatang.

Apa Itu “Karma Leluhur”?

Karma leluhur merujuk pada pola perilaku, trauma, dan dinamika emosional yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Mekanisme karma leluhur masih terus berkembang. Namun, beberapa komponen pembentuk karma yang banyak diajukan antara lain:

  • Trauma antar-generasi: Trauma yang dialami oleh nenek moyang yang berdampak psikologis pada keturunannya.
  • Pola perilaku yang berulang: Kebiasaan atau pola perilaku negatif yang berulang setiap generasi. Ini mencerminkan dinamika keluarga yang tidak terselesaikan.
  • Pengaruh epigenetik: Trauma yang dialami oleh leluhur dapat mengubah cara gen diekspresikan pada keturunan, yang bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka.
  • Pola emosional dan relasi dalam keluarga: Cara berkomunikasi, berekspresi, dan mengatasi konflik yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Tanda Karma Leluhur

KARMA LELUHUR KAKEK NENEK
Sumber: Freepik

Berikut ini adalah beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mungkin memiliki atau sedang mengalami karma leluhur dalam kehidupannya. Memahami tanda-tanda ini penting untuk mengenali dampak karma leluhur dan mencari cara untuk mengatasinya.

Apabila Anda mengalami tanda-tanda atau hal-hal yang disebutkan berikut ini, coba telusuri kembali riwayat keluarga Anda. Cari tahu apakah hal serupa terjadi pada orang tua, kakek nenek, atau leluhur Anda. Kemungkinan besar, pola atau sifat serupa juga dimiliki turun-temurun oleh mereka.

1. Perceraian berulang

Anda sering mengalami perceraian atau terjadi pada keluarga yang lain, termasuk saudara-saudara ‘jauh’? Ini bisa menunjukkan adanya pola karma yang belum terselesaikan. Pola perceraian berulang mungkin melibatkan masalah komunikasi, ketidaksetiaan, atau ketidakmampuan untuk menjaga komitmen dalam hubungan.

2. Orang tua atau pola pengasuhan yang toxic

Orang tua atau pola pengasuhan yang terasa toxic dan tidak mendukung kehidupan Anda yang sehat bisa menjadi indikasi karma leluhur.

Pola pengasuhan tersebut bisa mencakup orang tua yang mungkin mengabaikan, terlalu keras, atau tidak memberikan cinta dan perhatian yang cukup. Pola ini bisa diwariskan dan mempengaruhi cara mengasuh anak Anda sendiri.

3. Kemiskinan turunan

Karma leluhur juga dapat berupa keluarga yang mengalami kemiskinan selama beberapa generasi dan sulit keluar dari situasi tersebut meski telah diberikan bantuan.

Hal tersebut bisa disebabkan oleh pola pikir atau kebiasaan yang merugikan, seperti kurangnya pendidikan, kebiasaan mengelola keuangan yang buruk, atau ketergantungan pada bantuan tanpa usaha untuk mandiri.

4. Terjebak perselingkuhan

Anda sering menjadi korban selingkuh atau terus-menerus menjadi pihak ketiga dalam hubungan menjadi ciri karma leluhur berikutnya. Baik sebagai korban atau pelaku perselingkuhan yang berulang, ini bisa menunjukkan adanya pola karma yang harus diselesaikan.

Sebab, terjebak perselingkuhan kemungkinan mencerminkan kurangnya kepercayaan, rasa hormat, atau kesetiaan yang telah diwariskan dalam keluarga.

5. Poligami berulang

Poin ini mirip dengan masalah perselingkuhan, tapi dalam konteks pernikahan. Kasusnya adalah Anda menjadi istri kedua atau yang selalu dimadu, dan jika Anda laki-laki yang selalu beristri lebih dari satu.

Jika dalam keluarga sering terjadi poligami, ini bisa menunjukkan adanya masalah dengan komitmen dan keinginan untuk mencari kepuasan di luar hubungan utama.

6. KDRT terus-menerus

Sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga, baik dari orang tua, keluarga lainnya, bahkan pasangan, bisa menunjukkan pola karma leluhur yang perlu diselesaikan. Ini bisa mencakup pola perilaku agresif, ketidakmampuan untuk mengelola emosi, atau kebiasaan menyalahkan orang lain.

7. Selalu berada di toxic relationship

Merasa selalu berada dalam lingkungan atau hubungan yang tidak sehat? Baik di tempat kerja, pertemanan, atau dalam hubungan asmara. Hal tersebut mungkin merupakan dampak dari karma leluhur yang Anda miliki.

Anda mungkin cenderung tertarik pada orang-orang yang memiliki sifat manipulatif atau merusak, yang mencerminkan pola yang sama dalam keluarga Anda.

8. Punya sifat atau kepribadian buruk

Tanpa disadari, Anda sering berbicara kasar atau bersifat iri dengki. Atau, memiliki sifat negatif secara psikologis, seperti narsisitik, manipulatif, bahkan psikopat juga menjadi tanda karma leluhur.

Sifat ini bisa mencerminkan perilaku atau sikap yang telah diwariskan dalam keluarga dan perlu disadari serta diubah untuk menghentikan siklus negatif ini.

Baca Juga: Cara Menyembuhkan Luka Batin Menurut Aldini Pratiwi kepada Komunitas Oppal

Penyebab Adanya Karma Leluhur

KARMA LELUHUR ADALAH
Sumber: Freepik

Dari tanda-tanda karma leluhur di atas, mungkin kita melihat bahwa begitu banyak masalah yang kita alami saat ini sebenarnya dapat berakar dari keluarga sebelum kita atau leluhur. Menurut Silvia Basuki, Certified Family Constellation Therapist JIVARAGA, apapun yang terjadi dengan leluhur kita, memang itu urusan mereka. Namun, secara tidak sadar, kita merasa perlu memiliki kesetiaan kepada keluarga dan nenek morang kita supaya menjadi bagian dari keluarga.

“Selama kita tetap menjadi bagian dari keluarga kita, hati nurani dan kesadaran diri kita tidak mendefinisikan “yang benar” atau “yang salah. Oleh karena itu, kita mengikuti cara hidup keluarga kita—merasa bahagia, tertekan, selingkuh atau diselingkuhi, bercerai, dan lainnya, ” jelas Silvia. Mengapa? “Karena, itulah satu-satunya bentuk cinta yang kita tahu ada dalam keluarga kita.”

Dalam beberapa kasus, seperti toxic parenting, Silvia menegaskan bahwa tidak semua orang tua yang toxic menanggung karma leluhur. Namun, seringkali yang terjadi adalah orang tua kita juga tidak mendapatkan cinta dari orang tuanya (kakek dan nenek). Akhirnya, orang tua kita pun kesulitan untuk mengerti apa itu cinta.

Orang tua kita sebenarnya mencoba semampu mereka, dengan pengetahuan yang mereka miliki, untuk mencintai kita sebagai anaknya. “Tetapi, cara mereka mencintai anaknya ternyata tidak sesuai atau tidak diterima oleh sang anak. Sebab, anak juga memiliki ide atau ekspektasi sendiri tentang cara orang tua untuk mencinta mereka,” tutur Silvia.

Bahkan, tentang kemiskinan yang berulang pun, semua berasal dari “cinta”. “Karena bentuk kesetiaan bawah sadar kita, ketika orang tua tidak sukses, anak akan merasa bahwa itulah bentuk cinta yang ia tahu,” kata Silvia. Maka, anak pun dapat mengikuti jejak orang tua-nya (untuk tidak sukses, bertahan dalam kemiskinan) karena tanpa sadar itulah bentuk cinta mereka kepada orang tuanya.

Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Family Constellation, bersama Silvia Basuki, Family Constellation Therapist

Karma Leluhur Terus Berlanjut Sampai ….

Siklus-siklus dalam keluarga yang telah dijelaskan di atas secara tidak sadar dapat terus berlanjut ke generasi mendatang dengan pola-pola yang sama pula. Kita mungkin menekan, menghalau, atau melupakan masalah-masalah seperti itu. Namun, bukan berarti menguap begitu saja dan masalah-masalah tersebut sudah tertangani dan selesai.

“Sebaliknya, upaya-upaya untuk menekan, menyangkal, atau melupakan masalah-masalah tersebut justru kemungkinan besar akan membuatnya diwariskan kepada generasi selanjutnya,” tambah Silvia.

Cerita yang belum selesai ini membentuk “past that is not past” atau “masa lalu yang belum berlalu”. Ibaratnya, seperti utang harus dibayar nanti.

Cerita-cerita yang belum selesai itu pun berubah menjadi sesuatu yang tersembunyi (tidak disadari). Sehingga, sebut Silvia, menjadi masalah yang menjadi abadi, tanpa penyelesaian, dan bersembunyi di balik segala macam “gejala” yang muncul pada generasi selanjutnya.

Oleh karena itu, sering disebut bahwa karma leluhur akan terus diturunkan dan tanggung oleh generasi baru dari keluarga tersebut. Bukan berarti tidak bisa dihentikan.

Karma leluhur memang sering tidak menyenangkan, penuh luka batin, dan trauma. Namun, kita tidak bisa membenci leluhur karena membenci leluhur sama dengan membenci diri sendiri. Yang dapat dilakukan adalah berusaha memutus siklus yang ada.

Penyelesaian dengan Family Constellation  

Ketika seseorang menyadari bahwa dirinya menanggung karma leluhur, ia melihat masalah-masalah yang terus ada dalam keluarganya dan berusaha mencari penyelesaian terbaiknya. Salah satu langkahnya adalah melalui terapi Family Constellation di JIVARAGA

“Dalam terapi Family Constellation, kami membantu individu untuk memahami dinamika-dinamika tersembunyi dan kesetiaan yang tak disadari, bahkan konflik yang belum selesai, dan membantu menemukan resolusinya,” jelas Silvia.

Silvia Basuki sebagai Certified Family Constellation Therapist akan memandu Anda menemukan dinamika tersembunyi penyebab karma leluhur keluarga Anda. Selanjutnya, akan membantu menemukan resolusi terbaiknya melalui sesi konsultasi pribadi. Untuk ini, Anda dapat berinvestasi senilai Rp1.200.000 selama 60 menit per sesinya. Terdapat juga paket untuk tiga sesi senilai Rp3.300.000.

Jika ingin mengenal dahulu mengenai Family Constellation, ikuti workshop “Family Constellation” yang akan berlangsung di di JIVARAGA Space, Kuningan, Jakarta, dengan investasi senilai Rp790.000 (early bird hingga 5 Juni 2024) atau Rp990.000 (untuk harga normal).

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi JIVARAGA via WA di:

https://wa.me/6281188811338

Atau, Instagram JIVARAGA:

https://www.instagram.com/jivaragaspace

Kita memang tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa oleh orang tua kita, tapi kita bisa memilih seperti apa jalan hidup kita serta mengubah penderitaan dan trauma menjadi kekuatan besar yang membuat kita lebih powerful.

“Ketika dinamika tersembunyi di balik sebuah masalah yang menghambat Anda dilihat dari sudut padang berbeda, masalah tersebut akan bertransformasi. Untuk Anda, anak-anak Anda, dan generasi mendatang,” tutup Silvia.

Leave a Reply