You are currently viewing Mengungkap 10 Mitos Meditasi untuk Manfaat yang Optimal
Sumber: Freepik

Mengungkap 10 Mitos Meditasi untuk Manfaat yang Optimal

Meditasi semakin populer di seluruh dunia sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosional, dan spiritual. Seiring dengan menanjak popularitasnya, muncul pula beragam mitos seputar meditasi dan manfaat yang dirasakan. Supaya dapat memahami praktik lebih baik, penting untuk membedakan antara fakta yang benar dan yang salah.

Meditasi sudah eksis selama ribuan tahun. Meski demikian, ini masih menjadi misteri bagi sebagian orang. Masih banyak yang belum mengetahui dengan benar apa dan bagaimana meditasi tersebut. Kesalahpahaman tentang praktik ini dapat menghalangi orang untuk mencoba dan menerima manfaat meditasi bagi tubuh, pemikiran, dan jiwa.

Fakta dan Mitos Meditasi untuk Wawasan yang Penuh Manfaat

meditasi siapapun
Sumber: Freepik

Secara umum, meditasi adalah sebuah latihan mental atau perjalanan ke dalam diri sendiri untuk menemukan ketenangan dan keseimbangan. Latihan meditasi dapat memberikan manfaat banyak. Namun, untuk bisa merasakan manfaat  meditasi secara maksimal, penting untuk memahami mitos dan fakta yang terkait dengan meditasi itu sendiri.

Mitos #1: Meditasi harus mengosongkan kepala dari segala macam pikiran

Banyak orang yang berpikir bahwa meditasi sukses dilakukan ketika tidak memikirkan apa pun. Hal yang membuat meditasi tampak sulit. Padahal, meditasi bukan tentang mengosongkan atau menghentikan pikiran kita. Melainkan, tentang mengasah kemampuan untuk memperhatikan berbagai hal di dalam diri kita.

Pikiran tidak bisa sepenuhnya dibersihkan. Sudah menjadi sifat manusia dengan pikiran yang selalu muncul dan melompat-lompat. Mencoba menghentikan pikiran hanya menciptakan stres dalam diri ini. Namun, kita bisa memutuskan seberapa besar kita memperhatikan pikiran tersebut. Meditasi membantu menemukan ketenangan dalam ruang pikiran kita.

Mitos #2: Meditasi harus dalam durasi yang lama

Meditasi dapat dilakukan meski hanya selama 5—10 menit per hari. Jika jadwal harian Anda terasa padat, ingat bahwa meditasi beberapa menit per hari lebih baik daripada tidak sama sekali. Yang penting bukanlah seberapa banyak, tapi bagaimana meditasi tersebut dilakukan. Manfaat meditasi baru dapat dirasakan ketika dilakukan secara konsisten.

Baca Juga: Meditasi adalah Cara Menemukan Ketenangan untuk Kesehatan Jiwa

Mitos #3: Harus duduk bersila di lantai ketika meditasi

Posisi duduk tradisional seperti lotus memang umum dalam meditasi. Namun, tidak ada keharusan untuk melakukan meditasi dengan posisi tersebut. Yang terpenting, posisi yang membuat Anda merasa nyaman.

Meditasi dapat dilakukan sambil duduk di kursi, di atas bantal, sambil berdiri, bahkan tiduran. Yang harus diperhatikan adalah menjaga tulang belakang supaya tetap lurus selama meditasi. Cara tersebut bertujuan untuk memudahkan pernapasan alami tubuh.

Mitos #4: Tidak semua orang bisa melakukan meditasi

Mitos Meditasi
Sumber: Freepik

Orang yang mudah teralihkan perhatiannya, sering gugup, atau sangat sibuk mungkin tidak secara alami mudah melakukan meditasi. Bukan berarti mereka tidak bisa mencobanya. Bahkan, meditasi dapat dikerjakan sambil bergerak, seperti ketika berolahraga. Yang penting, adalah melakukannya dengan fokus dan perhatian yang terpusat.

Meditasi sendiri merupakan jadi teknik yang memberikan manfaat meredakan perasaan stres dan overwhelm. Ia dapat membantu orang yang cenderung gelisah atau cemas agar lebih efektif mengelola emosinya

Mitos #5: Meditasi bersifat religius atau praktik keagamaan

Meditasi memang berakar dari beberapa agama tertentu. Namun, praktik meditasi tidak terkait dengan agama dan budaya tertentu. Anda dapat memperoleh manfaat meditasi—secara fisik maupun spiritual—tanpa perlu menganut keyakinan atau nilai apa pun ketika menjalaninya. Meditasi dapat dinikmati oleh siapa pun dan apa pun latar belakangnya.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Stres yang Strategis di Era Digital

Mitos #6: Meditasi adalah cara untuk melarikan diri dari masalah

Justru sebaliknya, meditasi mengembangkan kemampuan untuk menghadapi masalah. Meditasi dapat memberikan manfaat untuk mengidentifikasi kecemasan, kelemahan, dan segala pikiran yang mengganggu hidup saat ini. Selanjutnya, akan membantu Anda untuk mencari cara memecahkan masalah dengan lebih konstruktif dan penuh kesadaran diri.

Bukan berarti pula dengan bermeditasi, masalah Anda akan selesai. Penyelesaian masalah juga melibatkan banyak faktor di luar meditasi. Sambil meditasi, Anda dapat bekerja sama dengan terapis atau ahli untuk mengeksplorasi dan menyembuhkan trauma masa lalu dengan aman.

Mitos #7: Harus mampu juga melakukan yoga (bahkan, bergaya hidup hippie atau vegan)

Tidak ada batasan atau syarat apa pun untuk bermeditasi. Orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan budaya dapat melakukannya. Tujuan meditasi bukan untuk mengubah Anda menjadi “kaum” tertentu. Sebaliknya, meditasi adalah untuk meredakan stres, menenangkan pikiran, meningkatkan kreativitas dan kepercayaan diri, juga mengoptimalkan kesehatan jiwa dan raga.

Semua manfaat meditasi tersebut telah banyak dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah. Artinya, manfaat-manfaat tersebut yang pada akhirnya dapat diperoleh semua orang dari berbagai umur, profesi, dan latar belakang.

Baca Juga: Yoga sebagai Bentuk Serendipity: 5 Cara Menemukan Harmoni dalam Kehidupan

Mitos #8: Meditasi harus menghasilkan manfaat dan pengalaman transenden

manfaat meditasi 2
Sumber: pexels

Ada yang meyakini bahwa, ketika meditasi, harus mengalami penglihatan sesuatu, melihat warna-warna, merasa melayang, mendengar paduan suara malaikat, atau cahaya terang. Padahal, hal-hal tersebut bukan tujuan utama bermeditasi.

Manfaat nyata meditasi justru terjadi dalam keseharian kita. Begitu selesai bermeditasi, kita menjadi lebih tenang dan terkontrol. Ini memungkinkan kita menjadi lebih kreatif, penuh kasih, fokus, juga mencintai diri sendiri dan orang lain yang kita temui.

Mitos #9: Meditasi itu susah dilakukan

Pernyataan “meditasi itu sulit” biasanya terungkap ketika tidak merasakan manfaatnya. Faktanya, hasil meditasi bersifat relatif. Ada yang dapat merasakan manfaatmeditasi dalam waktu singkat begitu memulai bermeditasi. Namun, tidak sedikit yang baru memperoleh dampaknya setelah rutin bermeditasi dalam waktu yang cukup panjang.

Tidak ada cara bermeditasi yang benar atau salah, baik atau buruk. Kuncinya adalah konsistensi. Seperti banyak hal lain dalam hidup, meditasi kemampuan yang perlu diasah. Semakin sering berlatih secara konsisten, semakin besar manfaat meditasi yang Anda rasakan. Praktik meditasi pun jadi lebih mudah. Anda dapat ‘masuk’ ke dalam kondisi meditasi lebih cepat dan tidak mudah terdistraksi.

Untuk memudahkan Anda melakukan meditasi secara konsisten, coba ikuti kelas-kelas meditasi di Jivaraga. Jivaraga menyediakan berbagai pilihan kelas meditasi yang ditujukan untuk semua level. Dipandu oleh praktisi yoga bersertifikat, peserta dapat mempelajari berbagai teknik meditasi dan mendapatkan manfaat yang lebih dalam mengenai praktik ini.

Dengan suasana yang mendukung dan komunitas yang suportif, Jivaraga menjadi tempat yang ideal untuk meneksplorasi atau mendalami meditasi demi meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

Mitos #10: Meditasi harus dilakukan dalam keheningan

Meskipun meditasi sering kali terkait dengan suasan yang tenang dan hening, ptaktik ini dapat dilakukan dalam berbagai situasi dan lingkungan, Beberapa orang menemukan bahwa meditasi dalam keheningan membantu mereka untuk lebih fokus dan menenangkan pikiran. Ada juga yang melakukannya dengan latar belakang suara atau musik tertentu yang juga bermanfaat.

Bahkan, meditasi dapat dilakukan ketika berjalan, berlari, atau bersenandung. Yang terpenting adalah menemukan lingkungan yang nyaman dan perhatian kita dapat sepenusnya pada apa yang sedang dilakukan tersebut.

Baca Juga: Peran Puasa Ramadan untuk Meningkatkan Mindfulness

Itulah 10 mitos dan fakta tentang meditasi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa sebenarnya yang terlibat dalam meditasi, kita dapat memperoleh manfaat meditasi secara optimal untuk kesehatan fisik, emosional, dan spiritual kita.