You are currently viewing Pahami Bentuk-Bentuk Bullying dan Cara Menghindarinya
Sumber: Freepik

Pahami Bentuk-Bentuk Bullying dan Cara Menghindarinya

Bullying merupakan isu sosial yang telah ada sejak lama. Perkembangan teknologi dan globalisasi menjadikan bentuk-bentuk bullying juga semakin bervariasi. Meskipun sering dianggap sebagai isu dunia pendidikan—sekolah—bullying dapat terjadi di berbagai lapisan masyarakat, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Menyadari pentingnya isu ini, perlu untuk mengetahui bentuk-bentuk bullying yang ada supaya mampu mencegahnya sejak dini.

Kenali Bentuk-Bentuk Bullying yang Perlu Dihindari

bentuk-bentuk bullying perlu dihindari
Sumber: Freepik

Bentuk-bentuk bullying tidak terbatas pada tindakan fisik atau perkataan kasar. Saat ini, bullying melibatkan juga dari sisi digital, psikologis, bahkan finansial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami berbagai bentuk bullying agar dapat memberikan support kepada korban dan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Berikut adalah bentuk-bentuk bullying yang perlu kita kenali.

1. Bullying fisik

Ini adalah bentuk bullying paling klasik dan dapat terjadi di berbagai lingkungan, mulai dari sekolah hingga tempat kerja. Menurut Stopbullying.gov, bullying ini melibatkan tindakan-tindakan agresif, seperti menendang, memukul, meninju, menampar, mendorong, dan serangan fisik lainnya. Studi Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) tahun 2028 menemukan sekitar 18% pelajar usia 15 tahun di Indonesia mengalami pemukulan oleh sebayanya setidaknya beberapa kali dalam sebulan.

Bullying fisik dapat meninggalkan dampak jangka panjang, tidak hanya secara fisik, tapi juga psikologis. Dan, seringkali memerlukan intervensi yang serius dari pihak berwenang. Bahkan, pada beberapa kasus mengakibatkan kematian korbannya.

2. Bullying secara verbal

Salah satu bentuk-bentuk bullying ini melibatkan penggunaan kata-kata kasar, menghina, atau melecehkan seseorang. Bisa dengan cara mengejek, memanggil nama panggilan yang tak pantas, komentar seksual tak pantas, hingga ancaman yang dapat menimbulkan kerugian. Bukan hanya menyakiti, bullying secara verbal ini dapat membuat seseorang merasa rendah diri.

Selain itu, bullying tidak selalu harus dilakukan di depan korban untuk disebut sebagai bullying verbal. Tindakan menyebarkan rumor atau kebohongan tentang seseorang saja sudah memenuhi kriteria bullying semacam ini. Studi PISA (2018) menunjukkan sekitar 20% pelajar usia 15 tahun di Indonesia menjadi korban penyebaran rumor atau hoaks tentang mereka beberapa kali dalam satu bulan.

3. Bentuk-bentuk bullying secara psikologis

Bentuk bullying ini melibatkan taktik-taktiik yang dirancang untuk menyakiti dan merendahkan korban secara mental atau emosional. Cara bullying ini tidak sekadar melontarkan kata-kata ataupun kontak fisik. Lebih dari itu, melibatkan tindakan manipulatif, pengucilan sosial, atau pencemaran nama baik.

Akibatnya, korban sering kali mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Bullying psikologis dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk tempat kerja, sekolah, bahkan dalam hubungan personal.

Baca Juga: Bullying adalah Isu yang Terus Membayangi Masyarakat dan Upaya Mengatasinya

4. Cyberbullying

Jajak pendapat U-Report (2019) terhadap 2.777 responden usia 14-24 tahun menemukan bahwa sekitar 45% pernah mengalami bullying secara online. Oleh karena itu, dengan maraknya teknologi, cyberbullying semakin menjadi ancaman serius. Bentuk bullying ini melibatkan penggunaan media sosial, pesan teks, atau platform online lainnya.

Medium-medium online tersebut digunakan untuk menyebarkan informasi palsu, berbagi foto tanpa persetujuan objek foto, menghina, atau mengancam seseorang. Cyberbullying dapat mengeksploitasi privasi dan keamanan korban, menghasilkan dampak traumatis yang berkepanjangan.

5. Bullying secara sosial

Salah satu bentuk-bentuk bullying ini melibatkan pengucilan sosial, penolakan, atau menipu untuk merendahkan, hingga membatasi partisipasi seseorang dalam lingkungan sosial tertentu. Bullying sosial sering kali melibatkan upaya untuk mengisolasi individu dari kelompok, menciptakan lingkungan supaya mereka merasa terpinggirkan atau tidak diinginkan. Dampaknya, korban sering mengalami stres, depresi, dan kehilangan harga diri.

Contohnya, dengan menyebarkan gosip hingga menolak keterlibatannya dalam suatu kelompok. Contohnya, dengan menyebarkan gosip hingga menolak keterlibatannya dalam suatu kelompok.Hal ini, menurut studi PISA (2018), sekitar 19% anak usia 15 tahun di Indonesia mengalami hal ini oleh teman-teman sekolahnya.

Bedakan bullying psikologis dengan sosial. Jika bullying psikologis menekankan pada usaha merendahkan dan menyakiti secara mental, termasuk penghinaan dan isolasi tanpa terbatas pada lingkungan sosial. Sedangkan, bullying sosial adalah tindakan untuk mengeluarkan atau menolak individu dari kelompok sosial dan menciptakan isolasi sosial.

7 Cara Menghindari Bentuk-Bentuk Bullying

bentuk-bentuk bullying kata-kata
Sumber: Webp

Selain memahami bentuk-bentuk bullying, tidak kalah esensialnya adalah mengetahui cara-cara menghindari bullying. Bukan sekadar mengatasi tindakan negatif tersebut, tapi juga melibatkan upaya untuk meminimalkan risiko terjadinya bullying. Berikut cara-cara menghindari yang dapat Anda coba.

1. Bangun koneksi sosial yang positif

Membangun hubungan sosial yang positif adalah langkah penting dalam menghindari bullying. Bergaul dengan orang-orang yang selalu support dan memahami mereka dapat memberikan perlindungan alami terhadap tindakan negatif. Coba ciptakan lingkungan yang memelihara saling menghormati dan berempati kepada lingkungan, seperti dalam kelompok teman atau komunitas.

2. Edukasi tentang bullying

Tidak bisa tidak, pengetahuan adalah kunci untuk menghindari bullying. Memberikan edukasi tentang berbagai bentuk bullying, baik kepada diri sendiri maupun orang lain di sekitar, dapat meningkatkan kesadaran tentang ancaman bullying itu sendiri. Perbanyak diskusi mengenai efek negatif bullying dan bagaimana kita dapat bersama-sama mencegahnya.

3. Gunakan media sosial dengan bijak

Tidak pernah lelah untuk menggunakan platform media sosial dengan penuh kehati-hatian. Dalam era digital, media sosial menjadi salah satu arena utama bullying. Pertimbangkan untuk mengontrol privasi akun, batasi interaksi dengan orang asing, dan segera laporkan tindakan bullying kepada penyedia platform. Selain itu, hindari mengunggah konten yang dapat menyebabkan konflik atau mengundang tindakan negatif.

4. Tingkatkan kemampuan sosialisasi

Keterampilan sosial yang baik dapat membantu menghindari situasi yang berpotensi mengarah ke bullying. Psychology Today menyebutkan bahwa pertahanan terbaik terhadap bullying adalah memiliki kemampuan sosialisasi yang memadai.

Coba untuk belajar lagi cara berkomunikasi dengan jelas, menangani konflik dengan bijak, dan kembangkan empati. Ajarkan anak mengembangkan kemampuan sosialisasi dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Dengan cara-cara tersebut, dapat menjadi alat yang efektif untuk menjaga hubungan interpersonal yang sehat.

5. Laporkan bullying kepada otoritas yang berwenang.

Jangan ragu untuk melaporkan tindakan bullying kepada otoritas yang berwenang, baik itu di sekolah, tempat kerja, atau dalam lingkungan sosial lainnya. Pemberian laporan dapat memicu tindakan preventif dan melibatkan dukungan dari pihak berwenang untuk menyelesaihkan masalah tersebut. Menyuarakan ketidaksetujuan terhadap tindakan bullying adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.

6. Melakukan pendekatan holistik

Memusatkan perhatian dengan melakukan berbagai terapi holistik juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif bagi individu. Dengan begitu, mengurangi risiko konflik yang mungkin memicu atau memperburuk perilaku bullying.

Pendekatan holistik mengakui bahwa kesehatan tidak hanya terbatas pada dimensi fisik, melainkan juga melibatkan aspek-aspek emosional, mental, dan spiritual. Melalui praktik seperti meditasi, yoga, sound therapy, dan lainnya, individu dapat mengembangkan keseimbangan dalam hidupnya, mengurangi potensi konflik, dan menciptakan hubungan sosial yang sehat.

Oleh karena itu, Jivaraga hadir untuk menjadi tempat dalam menjalani pendekatan holistik secara teknis dalam menghindari bullying. Melalui pengembangan keterampilan sosial, pemahaman diri, dan keseimbangan mental, terapi holistik di Jivaraga dapat memberikan support yang kokoh terhadap potensi kasus bullying.

7. Menjalani terapi keluarga

Satu lagi pendekatan untuk pencegahan bullying adalah dengan terapi keluarga. Terapi ini fokus pada pemahaman dan perubahan dinamika keluarga yang mungkin memengaruhi perilaku anak. Salah satu terapi keluarga yang dapat diterapkan adalah Family Constellation di Jivaraga.

Melalui terapi ini, seseorang yang memiliki pengalaman dengan bullying atau terlibat dalam perilaku tersebut dapat menjelajahi dinamika keluarga mereka untuk memahami akar masalah. Konsep-konsep seperti respect, empati, dan komunikasi yang sehat dalam keluarga dihadirkan oleh Family Constellation untuk menghindari perilaku bullying atau menangani trauma yang mungkin berkontribusi pada keterlibaran dalam bullying.

Jika ingin lebih memahami mengenai Family Constellation, Anda dapat mengikuti workshop mengenai hal tersebut di Jivaraga. Workshop ini akan dipandu oleh Silvia Basuki,Cerified Systemic Coach & Family Constellation Therapist dari Jivaraga, yang akan memberikan pemahaman mendalam untuk mengetahui dinamika tersembunyi sebagai akar masalah dalam keluarga. Familly Constellation pun akan memberikan ruang bagi individu untuk mengelola emosi dan memperkuat ikatan keluarga.

Promo Family Constellation

Melalui Family Constellation, diharapkan dapat membantu menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan positif sang anak dan kesejahteraan emosionalnya. Pada gilirannya, lingkungan yang penuh support tersebut dapat menjadi cara untuk mengurangi potensi munculnya bentuk-bentuk bullying yang ada.

Baca Juga: Mindfulness adalah Seni Menikmati Setiap Momen di Tengah Kesibukan

This Post Has One Comment

Comments are closed.